TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan umat Yahudi ikut meramaikan aksi damai di luar Patung Liberty di New York, Amerika Serikat pada Senin, 6 November 2023 untuk mendesak gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza. Umat Yahudi New York itu berasal dari Jewish Voice for Peace, kelompok Yahudi AS anti-Zionis.
“Ratusan orang Yahudi dan sekutunya mengadakan aksi duduk darurat, mengambil alih pulau (Liberty) untuk menuntut gencatan senjata di Gaza. Kami menolak membiarkan genosida dilakukan atas nama kami. Gencatan senjata sekarang untuk menyelamatkan nyawa! Tidak akan pernah lagi untuk siapa pun!” tulis kelompok tersebut di media sosial X.
“Never again” atau “tidak akan pernah lagi” merupakan ungkapan atau slogan yang dikaitkan dengan peristiwa Holokaus dan genosida lainnya. Arti sebenarnya dari frasa ini masih diperdebatkan, termasuk apakah frasa tersebut harus digunakan sebagai seruan khusus untuk mencegah terjadinya Holokaus kedua terhadap orang Yahudi, atau apakah sebagai perintah universal untuk mencegah segala bentuk genosida.
Serangan Israel di wilayah kantong Gaza telah disebut oleh berbagai pihak sebagai potensi genosida, termasuk oleh petinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Craig Mokhiber, yang mengatakan “sekali lagi, kita melihat genosida terjadi di depan mata kita” dalam surat pengunduran dirinya dari Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) tertanggal 28 Oktober 2023.
Sekelompok pakar independen yang terdiri dari tujuh pelapor khusus PBB pada Kamis, 2 November 2023 juga mengatakan warga Palestina menghadapi “risiko besar terjadinya genosida”.
Dalam foto dan video protes yang beredar di media sosial, termasuk dari unggahan Jewish Voice for Peace, para pengunjuk rasa berdiri di atas alas Patung Liberty, menggantungkan spanduk besar di sisinya yang bertuliskan “Gencatan Senjata Sekarang!” dan “Seluruh Dunia Sedang Menyaksikan.”
Aksi tersebut menarik massa 500 orang, kata kelompok tersebut yang melakukan demonstrasi serupa dalam beberapa pekan terakhir di Terminal Grand Central di Manhattan dan Gedung Kantor Canon House di Capitol Hill, Washington.
Kelompok tersebut, yang melabeli diri sebagai organisasi anti-Zionis Yahudi progresif terbesar di dunia, menentang kebijakan pemerintah Israel terhadap Palestina yang disebutnya sebagai bentuk apartheid.
“Sama seperti orang Palestina, begitu banyak nenek moyang kita yang ingin sekali bisa bernapas lega,” kata kelompok tersebut di X, mengacu pada baris soneta yang ditulis oleh penyair aktivis Yahudi abad ke-19, Emma Lazarus, yang diukir dengan perunggu di alas Patung Liberty.
Protes tersebut digelar ketika Gaza masih dibombardir oleh Israel selama sebulan penuh sejak 7 Oktober, sebagai balasan pasukan Israel terhadap Hamas yang menewaskan setidaknya 1.400 orang dan menyandera sekitar 240 lainnya dalam penyerbuan mendadak hari itu.
Sementara, serentetan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Baik Israel maupun Hamas telah menolak seruan gencatan senjata dari komunitas internasional.
REUTERS
Pilihan Editor: Singapura Minta Warga Tidak Pasang Lambang Terkait Israel-Hamas