TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Irlandia, Leo Varadkar, menggambarkan tindakan Israel di Gaza sebagai “sesuatu yang mendekati balas dendam” dan bukan hanya pembelaan diri dari kelompok militan Hamas yang melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober 2023. Komentar yang dilontarkan Varadkar pada Jumat, 3 November 2023 merupakan salah satu kritik paling keras terhadap Israel dari seorang pemimpin negara anggota Uni Eropa (UE).
“Saya sangat yakin bahwa… Israel mempunyai hak untuk membela diri, mempunyai hak untuk menyerang Hamas, tapi mereka tidak dapat melakukan hal ini lagi,” kata Varadkar kepada wartawan saat berkunjung ke Korea Selatan, menurut komentar yang disiarkan oleh radio negara RTE.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 9.061 orang telah tewas di Gaza sejak Israel melancarkan serentetan serangan terhadap wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu, sebagai balasan atas serangan Hamas yang menewaskan setidaknya 1.400 orang.
“Apa yang saya lihat terjadi saat ini bukan hanya pembelaan diri. Kelihatannya seperti sesuatu yang lebih mendekati balas dendam,” kata Varadkar. “Seharusnya tidak seperti itu, dan saya pikir ini bukan cara Israel akan menjamin kebebasan dan keamanannya di masa depan.”
Sebelumnya, perdana menteri ini sempat mengecam Israel karena memutus aliran air dan listrik ke Jalur Gaza, menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional.
“Israel berada di bawah ancaman. Mereka memang punya hak untuk membela diri, tapi mereka tidak punya hak untuk melanggar hukum humaniter internasional,” kata Varadkar dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik TVE yang ditayangkan Kamis, 12 Oktober 2023.
Mengekspresikan keprihatinannya atas situasi di Gaza, ia mengatakan, “Bagi saya, ini sama saja dengan hukuman kolektif. Memotong aliran listrik, memutus pasokan bahan bakar dan pasokan air, bukanlah hal yang seharusnya dilakukan oleh negara demokratis yang terhormat.”
Sikap Irlandia membedakannya dari negara-negara tetangganya di UE maupun negara-negara Barat lainnya yang menunjukkan solidaritas dan tidak mengeluarkan kecaman terhadap Israel. “Mereka tidak akan menganggap kami (Irlandia) sebagai teman dekat dan sekutu sebagaimana mereka menganggap AS, Inggris, atau Jerman,” kata Varadkar tentang relasi Irlandia dengan Israel.
“Ini adalah negara yang mempunyai hubungan dengan kami, tapi saya rasa hubungan kami tidak sedekat itu, karena kami mengambil posisi yang berbeda dari kebanyakan negara Barat mengenai Palestina dan apa yang terjadi saat ini,” katanya.
Irlandia memiliki sejarah hubungan luar negeri yang panjang dengan Palestina. Pada 1980, Irlandia menjadi anggota pertama UE yang mendukung pembentukan negara Palestina. Kemudian pada 2011, Irlandia memberikan status diplomatik kepada delegasi Palestina di Dublin.
Parlemen Irlandia pada 2021 juga pernah meloloskan mosi yang mengecam “aneksasi de facto” tanah Palestina oleh otoritas Israel.
REUTERS | RTE
Pilihan Editor Rusia Gempur Infrastruktur Ukraina dengan 40 Drone Shahed Buatan Iran