TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah WNA dilaporkan telah meninggalkan Gaza pada Rabu, 1 November 2023 setelah Mesir membuka perbatasan Rafah. Perbatasan itu dibuka untuk pertama kalinya sejak Israel-Hamas bertempur pada 7 Oktober 2023.
Laporan koresponden AFP dalam pemberitaannya tidak menyebutkan secara jelas berapa banyak persisnya orang-orang yang meninggalkan Gaza lewat Rafah, yakni wilayah perbatasan Gaza bagian selatan dengan Mesir. Namun rekaman memperlihatkan ada sejumlah kerumunan orang masuk ke terminal Palestina.
Meskipun lebih dari 200 truk pembawa kebutuhan bantuan sudah masuk ke Gaza lewat Mesir, belum ada satu pun orang yang diizinkan meninggalkan Gaza. Diperkirakan ada 400 WNA, termasuk mereka yang punya kewarganegaraan ganda, melintasi perbatasan pada Rabu, 1 November 2023.
WNA yang berada di Gaza tersebut, diperkirakan berasal dari 44 negara, 28 organisasi termasuk dari badan-badan PBB yang tinggal di Jalur Gaza, di mana ada 2.4 juta orang telah mengalami pengeboman dalam tiga pekan terakhir sebagai balasan atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Wilayah pesisir yang kecil ini, juga mengalami bencana kekurangan bahan makanan, air dan pasokan listrik karena blokade yang dilakukan Israel sebagai bentuk balasan dari serangan Hamas tersebut atau serangan terburuk dalam sejarah Negeri Bintang Daud. Serangan Hamas itu, menewaskan 1.400 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikendalikan oleh Hamas menyebut ada lebih dari 8.500 orang tewas dalam pengeboman oleh Israel. Dari jumlah tersebut, sebanyak dua pertiga adalah perempuan dan anak-anak. Sedangkan Mesir melaporkan kloter pertama yang berisi 81 warga Palestina yang mengalami sakit parah dan luka-luka diperbolehkan masuk ke Mesir pada 1 November 2023 untuk berobat. Beberapa televisi menayangkan gambar konvoi ambulan memasuki terminal. Sejumlah sumber di Palestina mengatakan diperkirakan ada 88 orang di bawa melintasi perbatasan untuk berobat di beberapa rumah sakit di Mesir.
Sumber: ndtv.com
Pilihan Editor: Tak Mampu Hentikan Genosida di Gaza, Direktur Komisaris Tinggi HAM PBB Mengundurkan Diri