TEMPO.CO, Jakarta - Israel kembali melayangkan protes terhadap Rusia karena telah mengundang delegasi kelompok militan Hamas pekan lalu ke Moskow. Pada Minggu, 29 Oktober 2023, Israel memanggil Duta Besar Rusia pada Ahad, 29 Oktober 2023. Kementerian Luar Negeri Israel menggambarkan panggilan itu sebagai bentuk protes, dan bukan teguran.
Hamas dan Israel terlibat perang sejak penyerbuan pada 7 Oktober 2023. Ribuan orang tewas, dan sebagian besar adalah anak-anak.
"Mengundang Hamas “mengirimkan pesan yang melegitimasi terorisme terhadap Israel”, kata Kemlu Israel dalam sebuah pernyataan, mengutip pernyataan staf senior kepada Duta Besar Rusia untuk Israel Anatoly Viktorov.
Pekan lalu, Israel, menggambarkan keputusan tersebut sebagai tindakan yang “tercela” dan mendesak Moskow untuk mengusir delegasi tersebut. Sementara Rusia pada Jumat, 27 Oktober 2023 membela keputusannya untuk mengundang Hamas, mengatakan bahwa hal itu perlu untuk menjaga kontak dengan semua pihak dalam konflik Israel-Palestina.
“Kami menganggap perlu untuk melanjutkan kontak kami dengan semua pihak, dan tentu saja kami akan melanjutkan dialog kami dengan Israel,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Dalam kunjungannya, para pejabat Hamas dikutip oleh media Rusia, mengatakan bahwa kelompok militan tersebut menganggap semua sanderanya adalah warga Israel, apa pun paspor tambahan yang mereka pegang. Mereka mengatakan tidak dapat melepaskan satu pun sandera sampai Israel menyetujui gencatan senjata.
Israel mengatakan pada Rabu, 25 Oktober 2023 bahwa lebih dari separuh sandera yang ditahan oleh Hamas memiliki paspor asing dari 25 negara berbeda. Banyak di antara mereka diyakini memiliki kewarganegaraan ganda Israel, namun ada pula yang tidak.
“Semua yang ditangkap, bagi kami, adalah warga Israel, meski ada permohonan untuk mempertimbangkan kewarganegaraan asli mereka dengan harapan bisa menyelamatkan mereka,” ujar anggota biro politik (politbiro) Hamas Abu Marzouk, dikutip dari kantor berita pemerintah Rusia RIA.
Abu Marzouk mengatakan kepada RIA bahwa Rusia, Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, Italia dan banyak negara lainnya telah meminta pembebasan warga negara mereka yang ditawan Hamas pada 7 Oktober.
Merespons hal tersebut, ia mengatakan Hamas memandang permintaan Moskow “lebih positif dan dengan perhatian lebih dibandingkan yang lain, mengingat karakter hubungan kami dengan Rusia”. Dubes Viktorov mengatakan bahwa tiga warga negara Rusia-Israel diduga termasuk di antara para sandera.
Anggota delegasi lainnya, Abu Hamid, mengatakan kepada surat kabar Kommersant bahwa Hamas memerlukan waktu untuk menemukan semua orang yang dibawa ke Gaza oleh berbagai faksi Palestina dalam serangan 7 Oktober.
Dalam kunjungan yang menuai protes dari Israel tersebut, Peskov mengatakan delegasi Hamas bertemu dengan perwakilan Kemlu Rusia tetapi tidak dengan Presiden Vladimir Putin atau pejabat Kremlin.
Rusia memiliki hubungan dengan semua pemain kunci di Timur Tengah, termasuk Israel, Iran, Suriah, Hamas, dan Otoritas Palestina yang didukung Barat dan menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di bawah pendudukan militer Israel di Tepi Barat.
REUTERS
Pilihan Editor: Militer AS Kampanye Makan Ikan Laut Jepang untuk Melawan Larangan Cina