TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga dari lebih dari 220 sandera yang ditangkap oleh Hamas menuntut jawaban dari pemerintah Israel karena banyak yang khawatir pengeboman di Jalur Gaza akan membahayakan nyawa para tawanan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membatalkan rencana perangnya dan mengadakan pertemuan tergesa-gesa pada Sabtu dengan keluarga tawanan setelah mereka mengancam akan memulai protes jalanan untuk menyoroti keputusasaan mereka.
Saat pertemuan tersebut berlangsung, Hamas mengatakan Israel harus membebaskan semua tahanan Palestina dari penjaranya untuk menjamin kebebasan para sandera yang ditangkap oleh pejuang Hamas pada 7 Oktober.
Netanyahu tidak membuat komitmen apa pun terhadap keluarga para tawanan. “Kami akan memanfaatkan segala kemungkinan untuk membawa mereka pulang”, menurut sebuah video yang dirilis oleh kantornya.
Menemukan para sandera – yang usianya berkisar antara beberapa bulan hingga lebih dari 80 tahun – merupakan “bagian integral” dari operasi militer, tambahnya.
Pada konferensi pers bersama Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Hamas harus dipaksa ke meja perundingan tetapi hal itu “sangat kompleks”.
“Semakin besar tekanan militer, semakin besar daya tembak dan semakin sering kita menyerang Hamas – semakin besar peluang kita untuk membawa mereka ke titik di mana mereka akan menyetujui solusi yang memungkinkan kembalinya orang-orang yang kita cintai,” katanya.