TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Cina mengakui adanya perbedaan pendapat sehingga memerlukan dialog “mendalam” dan “komprehensif” untuk mengurangi kesalahpahaman dan menstabilkan hubungan, kata Menteri Luar Negeri Wang Yi mengawali kunjungan yang telah lama dinantikan ke Washington, Kamis, 26 Oktober 2023.
Berdiri di samping Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Wang mengatakan kedua negara memiliki kepentingan dan tantangan yang penting yang perlu mereka selesaikan bersama.
“Oleh karena itu, Cina dan Amerika Serikat perlu melakukan dialog. Kita tidak hanya harus melanjutkan dialog, namun dialog juga harus mendalam dan komprehensif,” kata Wang, berbicara melalui seorang penerjemah.
Dialog akan membantu mengurangi kesalahpahaman, membantu menstabilkan hubungan dan “mengembalikannya ke jalur pembangunan yang sehat, stabil dan berkelanjutan,” katanya.
Blinken menimpali dengan mengatakan, "Saya setuju dengan apa yang dikatakan menteri luar negeri."
Sebelum Wang berbicara, Blinken mengatakan dia menantikan pembicaraan konstruktif dengan mitranya dari Cina. Dalam pertemuan tersebut, Blinken menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya mantan Perdana Menteri China, Li Keqiang.
Kunjungan tiga hari Wang adalah yang terbaru dari serangkaian keterlibatan diplomatik antara kedua rival strategis tersebut ketika mereka berupaya mengelola perbedaan untuk menghindari konflik. Kunjungan ini terutama untuk mempersiapkan pertemuan puncak antara Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping pada bulan November dalam KTT APEC.
Blinken dan Wang akan melanjutkan diskusi mereka pada hari Jumat ini.
Konflik Israel-Hamas telah menambah dinamika baru dalam hubungan kedua negara adidaya itu, dan Washington berharap Beijing dapat menggunakan pengaruhnya atas Iran untuk mencegah eskalasi perang yang lebih luas di Timur Tengah.
Wang diperkirakan akan bertemu dengan penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan pada hari Jumat. Dia juga akan berbicara dengan Biden selama kunjungannya ke Gedung Putih, meskipun tidak jelas seberapa besar interaksi mereka nantinya.
Prioritas pemerintahan Biden terhadap Beijing adalah mencegah persaingan yang ketat antara dua negara dengan ekonomi terbesar dan perselisihan mengenai sejumlah masalah – termasuk perdagangan, Taiwan, dan Laut Cina Selatan – agar tidak berubah menjadi konflik.
Namun, meskipun Beijing dan Washington telah berbicara tentang mencari bidang di mana mereka dapat bekerja sama, dan Xi mengatakan pada hari Rabu bahwa Tiongkok bersedia bekerja sama dalam menghadapi tantangan global, diperkirakan tidak akan ada kemajuan dalam waktu dekat.
Analis kebijakan di Cina dan AS mengatakan kedua belah pihak mempunyai kepentingan yang sama dalam mencegah perang lebih luas di Timur Tengah dan bahwa Cina, sebagai pembeli minyak utama, dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap Iran.
REUTERS
Pilihan Editor Menlu Retno: Eskalasi Kekerasan di Gaza adalah Kejahatan Kemanusiaan