TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Al Jazeera Wael al-Dahdouh berduka atas kehilangan seluruh keluarga intinya yang tewas terbunuh dalam serangan udara Israel di Gaza pada Rabu malam.
Istri, putra, putri dan cucu Al-Dahdouh tewas dalam serangan udara pada Rabu malam, di tengah gelombang serangan Israel yang dilaporkan telah menewaskan ratusan orang.
Baca Juga:
Dua puluh satu orang lainnya tewas dalam serangan udara yang sama, menurut pejabat kesehatan Palestina.
Anggota keluarga al-Dahdouh lainnya terkubur di bawah reruntuhan, menurut outlet berita tersebut. Rekaman yang disiarkan oleh Al Jazeera menunjukkan al-Dahdouh menangis saat melihat jenazah keluarganya di kamar mayat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah.
Wael al-Dahdouh melarikan diri bersama keluarganya ke kamp Nuseirat di Gaza tengah setelah Israel mengultimatum penduduk di bagian utara wilayah tersebut untuk segera pergi.
Berbicara kepada Al Jazeera dalam perjalanan keluar dari rumah sakit, al-Dahdouh berkata: “Apa yang terjadi sudah jelas. Ini adalah serangkaian serangan yang ditargetkan terhadap anak-anak, perempuan dan warga sipil. Saya baru saja melaporkan dari Yarmouk tentang serangan semacam itu, dan serangan Israel telah menargetkan banyak wilayah, termasuk Nuseirat.”
“Kami ragu bahwa pendudukan Israel tidak akan membiarkan orang-orang ini pergi tanpa menghukum mereka. Dan sayangnya, itulah yang terjadi. Ini adalah wilayah ‘aman’ yang dibicarakan oleh tentara pendudukan.”
Selain menyampaikan belasungkawa kepada Wael Al-Dahdouh, Al Jazeera juga mengutuk serangan udara Israel tersebut.
“Jaringan tersebut mengutuk keras penargetan dan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza, yang telah menyebabkan hilangnya keluarga Wael Al-Dahdouh dan banyak orang lainnya.”
Al Jazeera, media yang berbasis di Qatar, mengatakan keluarga tersebut tinggal di rumah sementara setelah mengevakuasi Kota Gaza menyusul peringatan Israel bagi penduduk untuk pindah ke selatan ketika pasukannya mengintensifkan serangan yang menargetkan Hamas.
“Ini adalah zona aman yang dibicarakan oleh tentara pendudukan (Israel),” kata Al-Dahdouh di Al Jazeera.
Organisasi media tersebut mengatakan “rumah mereka menjadi sasaran di kamp Nuseirat di pusat Gaza, tempat mereka mencari perlindungan setelah mengungsi akibat pemboman awal di lingkungan mereka.”
“Al Jazeera sangat prihatin dengan keselamatan dan kesejahteraan rekan-rekan kami di Gaza dan meminta pertanggungjawaban pemerintah Israel atas keamanan mereka,” tambahnya.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel mengenai serangan tersebut, menurut Reuters.
Warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel di Gaza mencari perlindungan di sekolah-sekolah UNRWA
Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 6.500 orang di Gaza hingga Rabu, sejak Hamas membunuh sekitar 1.400 orang dalam serangannya pada 7 Oktober ke Israel. Hampir 600.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat pemboman Israel.
Korban di Gaza termasuk lebih dari 22 jurnalis, menurut serikat jurnalis Palestina.
Israel dan sekutunya sejauh ini menolak seruan gencatan senjata, yang menurut Gedung Putih hanya akan menguntungkan Hamas.
AS pekan lalu memveto rancangan resolusi dewan keamanan PBB yang menyerukan “jeda kemanusiaan”, karena resolusi tersebut tidak secara eksplisit mengizinkan Israel untuk membela diri.
Pada Rabu, badan utama PBB di Gaza memperingatkan bahwa upaya bantuan akan terpaksa dihentikan kecuali pasokan bahan bakar dapat mencapai wilayah yang terkepung.
Organisasi Inggris Oxfam pun menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang terhadap warga sipil Gaza, dengan mengatakan bahwa wilayah tersebut adalah wilayah yang terkepung dan hanya menerima 2% dari pasokan makanan biasanya.
Pilihan Editor: Keluarga Gaza Gunakan Gelang Tanda Pengenal agar Mudah Dikenali dalam Kuburan Massal
AL JAZEERA