TEMPO.CO, Jakarta - Tony Fernandes CEO AirAsia melakukan pijat sambil mengikuti rapat virtual manajemen. Hal yang membuat kehebohan publik adalah ia melakukan urut atau pijat dengan telanjang dada. Akibatnya, hal tersebut memicu kehebohan di media sosial.
Berbagai kritik dan komentar negatif pun tertuju padanya baik melalui Linkedin yang mengunggah foto tersebut maupun X. Unggahan itu terpantau telah dihapus pada Rabum 18 Oktober 2023. Sebelumnya, dalam unggahan foto tersebut,Tony Fernandes mengungkapkan, “Saya harus mencintai budaya Indonesia dan AirAsia sehingga saya bisa pijat dan melakukan rapat manajemen."
Profil Tony Fernandes
Tony merupakan pengusaha kelahiran 30 April 1964 di Kuala Lumpur. Ia merupakan lulusan dari Epsom College, Inggris dan London Economic School. Usai menempuh pendidikan di London, ia kembali ke Malaysia dengan membawa kotak yang berisi benda-benda dari aktivitas kegemarannya.Berdasarkan Majalah Tempo, benda-benda tersebut adalah tiket pesawat terbang, tiket menonton balapan Formula1, tiket menonton pertandingan sepak bola, dan kaset musik.
Tony mendirikan AirAsia pada 8 Desember 2001, dua bulan usai serangan teroris di New York. Ia melihat peristiwa tersebut sebagai peluang bisnis lantaran membuat biaya leasing pesawat menurun sampai 40 persen. Selain itu, peluang bisnis lainnya dari peristiwa tersebut karena banyak tenaga berpengalaman menganggur dampak dari tenggelamnya beberapa perusahaan pernebangan.
Tony langsung memperkenalkan sesuatu yang baru dalam tradisi penerbangan Malaysia, berupa terbang dengan biaya rendah atau no frill alias tanpa embel-embel servis. Menurut Tony, ketika resesi terjadi, banyak penumpang tidak akan membatalkan penerbangan. Mereka akan membeli tiket yang lebih murah untuk menghemat.
Dengan cara Tony tersebut, AirAsia pun menuai hasil yang memuaskan. Pada 2005, maskapai tersebut hanya memiliki 200 ribu penumpang, tetapi pada 2015 dapat meraih 36 juta penumpang. Ia tidak melihat kesuksesan tersebut merupakan keberuntungan. Ia mengaku bahwa kesuksesan tersebut merupakan hasil dari 90 persen kerja keras dan 10 persen faktor keberuntungan. Namun, sebelum menjadi CEO AirAsia, ia lebih dahulu menjabat sebagai akuntan.
Pada 2020, Tony menyatakan mundur sementara dari jabatannya selama dua bulan. Keduanya mengundurkan diri seiring dengan pengusutan dugaan suap dari Airbus sebesar US$50 juta (Rp787 miliar) terkait pemesanan pesawat. Lalu, pada 2022, ia memilih mundur dari posisinya sebagai CEO AirAsia.
Selain memiliki tanggung jawab dalam pembangunan dan perkembangan maskapai AirAsia, Tony Fernandes juga pernah menduduki jabatan lain, antara lain:
- Wakil Presiden Warner Music Group Asia Tenggara (1999-Juli 2001)
- Direktur Pelaksana Regional Warner Music Asia Tenggara (1996-Desember 1999)
- Direktur Pelaksana Warner Music Malaysia (1992-1996)
- Analis Keuangan Senior Warner Music International, London (1989-1992)
- Pengawas Keuangan Virgin Communications, London (1987-1989)
Sementara itu, Tony Fernandes juga pernah meraih beberapa penghargaan sepanjang kariernya, di antaranya:
- Termasuk 100 Tokoh Paling Kreatif dalam Bisnis (2011)
- Forbes Asia Businessman of the Year (2010)
- Excellence in Leadership—Asia-Pacific Leadership Awards (2009)
- Malaysian Ernst & Young Entrepreneur of the Year (2006)
- Termasuk 25 Bintang Asia (2005)
- Eksekutif Penerbangan Asia-Pasifik (2004)
- Pengusaha Baru Utama Malaysia (2003) Malaysian CEO of the Year (2003)
RACHEL FARAHDIBA | FERI FIRMANSYAH I DEWI RINA CAHYANI I RAHMA TRI
Pilihan Editor: Tony Fernandes Sosok Paling Penting di Balik AirAsia