TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan orang menghadiri unjuk rasa pro-Palestina di ibu kota negara-negara bagian Australia pada Ahad, meskipun polisi mengancam untuk mengekang unjuk rasa tersebut, di tengah ketegangan setelah serangan mematikan Hamas ke Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023 lalu.
Unjuk rasa pro-Palestina juga dilakukan ribuan orang di London, Sabtu.
Salah satu demonstrasi terbesar terjadi di Sydney, ibu kota negara bagian New South Wales yang paling padat penduduknya. Penyelenggara protes, Palestine Action Group, mengatakan sekitar 5.000 orang hadir, sementara seorang saksi dari Reuters memperkirakan kerumunan orang berjumlah sekitar 2.000 orang.
Terlihat banyak pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan “Bebaskan Palestina merdeka” di Hyde Park, Sydney, sementara ratusan polisi berpatroli di kawasan itu dan jalan-jalan terdekat, dan sebuah helikopter polisi berputar rendah di atas kepala kerumunan.
Polisi telah mempertimbangkan menerapkan kewenangan khususnya untuk menghentikan dan menahan para pengunjuk rasa dengan tujuan untuk melakukan penggeledahan, tetapi juru bicara Kelompok Aksi Palestina, Amal Naser, mengatakan kewenangan tersebut belum diterapkan. Unjuk rasa itu “sejauh ini damai”, kata Naser.
Selain Sydney, demonstrasi pro-Palestina diadakan pada Ahad di ibu kota negara bagian Adelaide dan Melbourne, juga dihadiri oleh ribuan orang, menurut The Guardian Australia.
Pada demonstrasi di Sydney, seorang warga Palestina bernama Ayah yang tinggal di Sydney mengatakan bahwa ia berada di sana untuk “bersikap damai, untuk mendukung negara saya, tidak ada hubungannya dengan pembakaran bendera”.
Pengunjuk rasa lainnya, Mustafa, yang ayahnya meninggalkan Gaza pada 1976, ikut serta dalam demonstrasi tersebut bersama ketiga anaknya.
“Kami tidak menentang orang-orang Yahudi, mereka sudah lama berada di Palestina berdampingan dengan umat Islam dan Kristen, kami semua orang Palestina. Kami menentang Zionis,” ujarnya.
Para penyelenggara mengatakan mereka berencana melakukan unjuk rasa lainnya dengan berjalan melalui pusat kota Sydney akhir pekan depan.
Sejak eskalasi konflik Palestina-Israel, negara-negara maju telah membatasi protes pro-Palestina karena khawatir konflik tersebut dapat memicu kekerasan di dalam negeri mereka masing-masing. Prancis melarang protes pro-Palestina pada hari Kamis dengan alasan bahwa hal tersebut kemungkinan besar akan “menimbulkan gangguan terhadap ketertiban umum”.
Di Sydney, polisi menangkap tiga pria pada hari Jumat di luar Museum Yahudi Australia di Sydney karena memberi hormat ala Nazi, media melaporkan. Kepala intelijen Australia telah menyerukan masyarakat untuk mengurangi ekspresi yang dapat menyulut ketegangan.