TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Hamas Palestina tanpa diprediksi menyerang Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023. Serangan itu mengejutkan Israel karena Palestina dianggap sedang fokus menyelesaikan masalah ekonomi negaranya dibandingkan melakukan penyerangan.
Atas dasar itulah Israel terkejut. Hal itu juga diungkakan oleh juru bicara Angkatan Pertahanan Israel, Mayor Nir Dinar. “Mereka mengejutkan kami, datang dengan cepat dari berbagai tempat, dari udara, darat, sampai laut,” kata dia seperti dilansir dari Koran Tempo edisi 10 Oktober 2023.
Sumber keamanan Israel mengakui bahwa mereka kecolongan. Pasalnya, dalam dua tahun terakhir Hamas tidak memperlihatkan tanda-tanda sedang membangun kekuatan militer. Bahkan ketika kelompok lain melancarkan serangan, Hamas terkesan tidak peduli.
Hamas memang melakukan taktik intelijen untuk menyesatkan Israel. Mereka memberikan kesan bahwa tidak bersedia untuk melancarkan perlawanan atau konfrontasi kepada Israel sambil menyiapkan operasi besar-besaran.
Salah satu strateginya adalah membangun pemukiman tiruan Israel di Gaza. Itu bertujuan untuk melakukan pendaratan militer dan berlatih untuk menyerbu Israel.
Hamas mencoba untuk meyakinkan Israel bahwa mereka lebih peduli terhadap nasib pekerja di Gaza dan penduduk Palestina memiliki akses untuk bekerja di seberang perbatasan. Cara itu tidak dilihat oleh Israel sebagai taktik penyamaran sehingga intelijen Israel terkejut.
Pewakilan Hamas di Libanon, Osama Hamda, mengatakan bahwa serangan itu ditunjukkan bahwa warga Palestina masih ingin lepas dari Israel.
Tentang Hamas
Hamas merupakan gerakan nasionalis dan militan Islam untuk memerdekakan Palestina dari penjajahan Israel. Hamas adalah singkatan dari Harakat Al-Muqawamah Al-Islamiyyah yang berarti “Gerakan Perlawanan Islam”.
Dilansir dari Britannica, Hamas didirikan pada 1987 sebagai upaya untuk menentang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dalam konteks konflik Israel-Palestina dan menentang usaha untuk menyerahkan sebagian wilayah Palestina kepada Israel.
Hamas berasal dari aktivis Ikhwanul Muslimin yang ingin melakukan jihad melawan Israel. Puncaknya terjadi pada Desember 1987, saat terjadi pemberontakan melawan pendudukan Israel, yang menjadi awal berdirinya Hamas.
Salah satu pendir Hamas, Sheikh Ahmed Yassin, dalam Piagam Hamas 1988 menyatakan bahwa tujuan Hamas adalah untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel dan mendeklarasikan bahwa Palestina adalah tanah Islam yang tidak boleh diserahkan kepada non-Muslim.
ANDIKA DWI l HENDRIK YAPUTRA
Pilihan Editor: Konflik Palestina vs Israel: Status Kenegaraan, Tanah, Yerusalem, Pengungsi