TEMPO.CO, Jakarta - Jens Laerke Juru bicara Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) pada Selasa, 10 Oktober 2023, memperingatkan blokade yang dilakukan Israel ke Gaza bisa membuat pasokan listrik ke Gaza terputus dan membuat 610 ribu warga Gaza kekurangan air. Jumlah orang yang mengungsi dari penjuru Jalur Gaza telah mengalami kenaikan secara signifikan, di mana pada Sabtu, 7 Oktober 2023, ada lebih dari 187 ribu orang mengungsi.
“Otoritas Israel telah menghentikan pasokan listrik ke Jalur Gaza. Listrik sekarang hanya menyala 3 jam sampai 4 jam per hari. Gaza Power Plant saat ini satu-satunya sumber listrik dan bahan bakar yang tersedia hanya bisa membuat pembangkit listrik itu beroperasi beberapa hari ke depan,” kata Laerke.
Laerke menjelaskan sebagian besar warga di Jalur Gaza yang mengungsi berlindung ke sekolah-sekolah milik United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees (UNRWA). James Elder Juru bicara UNICEF juga menyuarakan kekhwatiran soal keputusan Israel akan memangkas suplai listrik.
“UNICEF khawatir dengan terhentinya pasokan air dan makanan ke Gaza,” kata Elder, yang berharap semua pihak bertikai mau mematuhi hukum internasional.
Sedangkan WHO menyerukan pembentukan koridor kemanusiaan di Gaza agar bisa memberikan akses kesehatan yang dibutuhkan.
“WHO menyerukan agar kekerasan diakhiri. Fasilitas kesehatan, pasien, tenaga kesehatan dan warga sipil secara umum harus dilindungi dan dijaga. Sebuah koridor kemanusiaan dibutuhkan untuk menjangkau orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan medis,” kata Juru bicara WHO Tarik Jasarevic.
Jasarevic menambahkan ada 13 serangan ke sektor kesehatan di Jalur Gaza yang sudah terkonfirmasi sejak meletupnya ketegangan pada 7 Oktober 2023. Dia juga menyebut WHO memprogram ulang pendanaan USD 1 juta (Rp 15 miliar) agar bisa memproduksi lebih banyak suplai obat-obatan yang diperlukan dan tidak ada kesenjangan pasokan.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan Editor: PBB: 80 Ribu Warga Gaza Kehilangan Tempat Tinggal Akibat Serangan Udara Israel