TEMPO.CO, Jakarta - Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa, 10 Oktober 2023, dengan serangan udara paling sengit dalam 75 tahun sejarah konfliknya dengan Palestina, menghancurkan seluruh distrik hingga menjadi debu meskipun ada ancaman Hamas untuk mengeksekusi tawanan untuk setiap rumah yang diserang.
Israel telah bersumpah akan melakukan "balas dendam paling hebat" sejak kelompok Islam bersenjata mengamuk di kota-kotanya, meninggalkan jalan-jalan yang dipenuhi mayat, yang merupakan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.
Israel telah memanggil ratusan ribu tentara cadangan dan menempatkan Gaza, yang dipadati 2,3 juta orang, di bawah pengepungan.
Media Israel mengatakan kematian dari serangan Hamas, Sabtu, telah mencapai 900, kebanyakan warga sipil yang ditembaki di rumah-rumah, di jalan-jalan dan di sebuah pesta dansa padang pasir, mengecilkan jumlah korban dari serangan-serangan modern militan Islam di masa modern, kecuali 9/11.
Sejumlah orang Israel dan orang asing dibawa ke Gaza sebagai sandera. Beberapa diarak di jalan-jalan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 770 orang dan melukai lebih dari 4.000 orang. Serangan udara, yang merupakan serangan terberat yang pernah ada, semakin intensif pada Selasa malam, mengguncang tanah dan menimbulkan asap serta api ke langit pagi.
PBB mengatakan lebih dari 180.000 warga Gaza kehilangan tempat tinggal, banyak di antaranya berkerumun di jalan atau di sekolah. Pengeboman menutup jalan bagi kru darurat.
Di kamar mayat di rumah sakit Khan Younis di Gaza, jenazah dibaringkan di tanah di atas tandu dengan nama tertulis di perut mereka. Petugas medis meminta para kerabat untuk segera mengambil jenazah karena tidak ada lagi ruang untuk jenazah.