'Semuanya berubah menjadi pasir'
Warga mengevakuasi korban meninggal pasca gempa Afghanistan, 8 Oktober 2023. Cuplikan video REUTERS
Nek Mohammad mengatakan bahwa dia sedang bekerja ketika gempa pertama terjadi sekitar pukul 11:00.
“Kami pulang ke rumah dan melihat sebenarnya tidak ada yang tersisa. Semuanya telah berubah menjadi pasir,” kata pria berusia 32 tahun itu, seraya menambahkan bahwa sekitar 30 jenazah telah ditemukan.
"Sejauh ini, kami tidak punya apa-apa. Tidak ada selimut atau apa pun. Kami di sini ditinggalkan pada malam hari bersama para korban," katanya ketika kegelapan mulai turun.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Sabtu malam "jumlah korban diperkirakan akan meningkat seiring operasi pencarian dan penyelamatan yang sedang berlangsung".
Di Kota Herat, warga meninggalkan rumah dan sekolah mereka, rumah sakit dan kantor dievakuasi ketika gempa pertama terasa. Namun, hanya ada sedikit laporan mengenai korban jiwa di wilayah metropolitan.
Afghanistan sudah dilanda krisis kemanusiaan yang mengerikan, dengan penarikan bantuan asing secara luas setelah kembalinya Taliban berkuasa pada 2021.
Provinsi Herat – rumah bagi sekitar 1,9 juta orang di perbatasan dengan Iran – juga dilanda kekeringan selama bertahun-tahun yang telah melumpuhkan banyak komunitas pertanian yang sudah kesulitan.
Afghanistan sering dilanda gempa bumi, terutama di pegunungan Hindu Kush, yang terletak di dekat persimpangan lempeng tektonik Eurasia dan India.
Lebih dari 1.000 orang tewas dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal pada bulan Juni tahun lalu setelah gempa berkekuatan 5,9 skala Richter – yang paling mematikan di Afghanistan dalam hampir seperempat abad – melanda provinsi miskin Paktika.
Pilihan Editor: Gempa Afghanistan Telan Seribu Lebih Korban Jiwa, Ilmuwan: Penyebabnya Masih Misterius
REUTERS | FRANCE24