TEMPO.CO, Jakarta - Inggris telah menandatangani kontrak senilai 4 miliar pound atau sekitar Rp75,6 triliun untuk membiayai fase baru proyek kapal selam nuklir SSN-AUKUS generasi berikutnya.
Kesepakatan tersebut, yang melibatkan perusahaan Inggris BAE Systems, Rolls-Royce dan Babcock, merupakan bagian dari aliansi militer AUKUS antara Amerika Serikat, Australia, dan Inggris untuk melawan Cina di kawasan Asia Pasifik.
“Kapal selam nuklir akan memberdayakan Angkatan Laut Kerajaan Inggris untuk mempertahankan keunggulan strategis kami di bawah laut,” kata Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps pada konferensi tahunan Partai Konservatif di Manchester pada Minggu.
Para pemimpin AUKUS meluncurkan proyek kapal selam gabungan pada Maret lalu. Kesepakatan ini akan membuat Australia mengganti kapal selam bertenaga diesel dengan kapal selam bertenaga nuklir yang memiliki kemampuan siluman dan jangkauan yang jauh lebih besar.
Rencana tersebut melibatkan Australia yang membeli kapal selam bertenaga nuklir AS, dan kemudian membangun model baru dengan teknologi AS dan Inggris.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak memujinya sebagai “perjanjian pertahanan multilateral paling penting selama beberapa generasi”.
Dalam pernyataan terpisah, BAE Systems mengatakan bahwa SSN-AUKUS masa depan “akan menjadi kapal selam terbesar, terkuat dan tercanggih” yang dipasok ke Royal Navy.
Pembuat peralatan militer Inggris tersebut mengatakan investasi tersebut akan “mencakup pekerjaan pembangunan hingga 2028”, dan “perekrutan lebih dari 5.000 orang” di lokasi Barrow-in-Furness di Inggris utara.
Contoh pertama kapal selam ini dijadwalkan dikirim pada akhir 2030an.
Kapal selam bertenaga nuklir sulit dideteksi, dapat menempuh jarak yang jauh dalam waktu lama, dan dapat membawa rudal jelajah yang canggih.
Pilihan Editor: Pakta Kapal Selam Nuklir AUKUS Dikritik, Ini Kata PM Australia
AL ARABIYA