TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 20 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam ledakan depo bahan bakar di Nagorno-Karabakh. Ledakan terjadi di tengah eksodus etnis Armenia dari wilayah tersebut.
Departemen kesehatan di wilayah itu mengatakan 13 mayat ditemukan. Sebanyak tujuh orang meninggal karena luka-luka yang mereka alami setelah ledakan di ibu kota regional Stepanakert, yang disebut Khankendi oleh Azerbaijan, pada Senin malam.
Mereka juga mengatakan 290 orang telah dirawat di rumah sakit dan puluhan pasien masih dalam kondisi kritis.
Ledakan terjadi di tengah banyaknya keturunan Armenia yang melarikan diri dari wilayah tersebut. Armenia mengatakan bahwa 13.350 pengungsi memaksa memasuki negara tersebut. Dalam pernyataannya, pemerintah juga mengatakan akan menyediakan akomodasi bagi semua yang membutuhkan.
Di bidang diplomatik, penasihat keamanan nasional dari Azerbaijan, Armenia, Perancis, Jerman dan perwakilan khusus Uni Eropa untuk wilayah tersebut dijadwalkan bertemu di Brussels hari ini.
Simon Mordue, kepala penasihat diplomatik Presiden Dewan Eropa Charles Michel, akan memimpin pembicaraan tersebut, kata juru bicara Dewan Eropa. “Ini untuk mempertimbangkan situasi saat ini dan mempersiapkan kemungkinan pertemuan para pemimpin di Granada,” kata Ecaterina Casinege, mengacu pada kota di Spanyol.
Pada 19 September 2023, militer Azerbaijan menyerang Nagorno-Karabakh. Selang 24 jam kemudian, mereka mengumumkan bahwa telah menguasai daerah kantong tersebut.
Pihak berwenang Azerbaijan berjanji untuk menghormati hak dan keamanan warga Armenia yang tinggal di wilayah tersebut. Namun berita tentang reintegrasi ke Azerbaijan disambut dengan kepanikan dan kekacauan di kalangan etnis Armenia di Karabakh. Mereka khawatir bahwa sejarah panjang kebencian dan kekerasan akan membuat perdamaian antar dua etnis ini menjadi mustahil.
Semakin banyak keturunan Armenia yang berusaha keluar dari wilayah tersebut. Di pusat pengungsian di Goris, Valentina Asryan, 54 tahun dari desa Vank yang melarikan diri bersama cucunya, mengatakan saudara iparnya tewas. Beberapa lainnya terluka akibat tembakan Azerbaijan.
Wilayah Nagorno-Karabakh telah diperebutkan selama lebih dari tiga dekade. Armenia dan Azerbaijan bersaing untuk menguasai wilayah tersebut. Wilayah ini diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun banyak dihuni oleh etnis Armenia.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Dua Bom Molotov Dilempar ke Kedutaan Besar Kuba di Amerika Serikat