TEMPO.CO, Jakarta - Bencana banjir Libya, yang menewaskan ribuan orang di Kota Derna, juga menyebabkan lebih dari 43.000 orang mengungsi, kata Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Kamis.
“Diperkirakan 43.059 orang mengungsi akibat banjir di timur laut Libya,” kata IOM, seraya menambahkan bahwa “kurangnya pasokan air dilaporkan mendorong banyak pengungsi keluar dari Derna ke daerah lain.
“Kebutuhan mendesak meliputi makanan, air minum dan kesehatan mental serta dukungan psikososial.”
Banjir bandang sedasyat tsunami menerobos dua bendungan sungai tua di hulu kota pesisir setelah Badai Daniel melanda daerah tersebut pada 10 September.
Bencana ini menghancurkan seluruh lingkungan dan menyapu ribuan orang ke laut.
Jumlah korban tewas resmi mencapai lebih dari 3.300 orang. Namun, jumlah total diperkirakan akan jauh lebih tinggi, dengan kelompok bantuan internasional memperkirakan hingga 10.000 orang hilang.
Sementara itu, layanan seluler dan internet telah pulih setelah gangguan selama dua hari, menyusul protes pada Senin yang menyebabkan warga marah dan menyalahkan pihak berwenang atas tingginya angka kematian.
Pihak berwenang menyalahkan pemadaman komunikasi akibat "putusnya jaringan serat optik" ke Derna. Namun, beberapa pengguna internet dan analis menuduh adanya "pemadaman listrik" yang disengaja.
Perdana Menteri Abdulhamid Dbeibah yang berbasis di Tripoli mengumumkan bahwa komunikasi telah pulih di wilayah timur, dalam sebuah postingan di X, sebelumnya Twitter, pada Kamis.
Libya yang dilanda perang masih terpecah antara pemerintahan Dbeibah yang didukung PBB dan pemerintah sementara di wilayah barat, dan pemerintahan lain di wilayah timur yang dilanda bencana yang didukung oleh pemimpin militer Khalifa Haftar.