TEMPO.CO, Jakarta - Uni Emirat Arab mengutuk “penyerbuan” Masjid Al Aqsa oleh “ekstremis” Israel di bawah perlindungan polisi Israel, dalam sebuah pernyataan, Selasa, 19 September 2023.
Kementerian Luar Negeri negara Teluk tersebut mengatakan bahwa situs suci di Yerusalem harus diberikan “perlindungan penuh” dan menyerukan “penghentian pelanggaran serius dan provokatif yang terjadi di sana.”
Lokasi yang sering menjadi titik konflik antara Israel dan Palestina juga dihormati oleh komunitas Yahudi, yang menyebut tempat itu sebagai Temple Mount. Masjid Al Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan dikelola oleh Yordania. Non-Muslim diperbolehkan mengunjungi situs tersebut, tetapi tidak boleh beribadat di sana.
“Kementerian meminta pihak berwenang Israel untuk menghentikan eskalasi, dan menghindari memperburuk ketegangan dan ketidakstabilan di kawasan, menegaskan penolakan UEA terhadap semua praktik yang melanggar resolusi legitimasi internasional dan mengancam eskalasi lebih lanjut,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel.
Kunjungan tersebut bertepatan dengan tradisi Yahudi Rosh Hashana.
UEA secara rutin mengecam tindakan Israel yang berdampak pada warga Palestina atau memicu kerusuhan di negara yang dilanda konflik tersebut meskipun hubungan perdagangan dan investasi antara UEA dan Israel telah berkembang sejak penandatanganan perjanjian Abraham Accords pada tahun 2020, di mana kedua negara menjalin hubungan diplomatik.
Kedua negara memperingati ulang tahun ketiga perjanjian tersebut pada tanggal 15 September.
Sebelumnya, pada Senin, Arab Saudi mengeluarkan pernyataan yang mengecam insiden tersebut.
“Kementerian Luar Negeri menyampaikan kutukan dan kecaman Kerajaan Arab Saudi atas penyerbuan Masjid Al Aqsa yang dilakukan sekelompok ekstremis di bawah perlindungan pasukan pendudukan Israel,” menurut laporan Saudi Press Agency (SPA).
“Kementerian menegaskan bahwa praktik-praktik ini dianggap sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap semua norma dan konvensi internasional, dan merupakan provokasi terhadap perasaan umat Islam di seluruh dunia,” tambahnya.
Pernyataan itu muncul ketika AS berupaya menormalisasi hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Israel. Namun, prosesnya “masih penuh dengan hal-hal spesifik, termasuk Palestina,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken kepada wartawan pekan lalu.
Kedua negara tetangga Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) tersebut menegaskan kembali perlunya upaya untuk memajukan proses perdamaian, dan mengakhiri praktik yang mengancam solusi dua negara yang akan membentuk negara Palestina merdeka di perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dalam pernyataan mereka.
Mesir, Yaman dan Yordania juga mengeluarkan pernyataan serupa yang mengutuk kunjungan tersebut.
AL ARABIYA
Pilihan Editor: Kanada Bekerja Sama dengan AS soal Kemungkinan Kaitan India dalam Pembunuhan Pemimpin Sikh