TEMPO.CO, Jakarta - Data Beacukai Cina yang dipublikasi pada Senin, 18 September 2023, memperlihatkan impor seafood Cina dari Jepang turun sampai lebih dari dua pertiga pada Agustus 2023 setelah Beijing memberlakukan larangan impor produk-produk laut dari Negeri Sakura.
Pada Agustus 2023, pengiriman seafood dari Jepang ke Cina mengalami penurunan sampai 67.6 persen year-on-year setelah laju penurunan impor meningkat dari 28.5 persen pada Juli 2023.
Beijing segera memberlakukan larangan impor untuk semua seafood dari Jepang sebagai bentuk protes atas keputusan Tokyo untuk membuang air limbah radioaktif dari pabrik nuklir Fukushima ke lautan. Proses pembuangan air limbah itu dimulai per 24 Agustus 2023.
Sejak awal Juli 2023, Cina sudah memperketat proses pemeriksaan atas produk-produk laut dari Jepang karena waswas ada zat radioaktif. Pemeriksaan ini menyebabkan barang-barang menjadi tertahan selama berminggu-minggu di beacukai. Walhasil, ekspor utama Jepang ke Cina yakni ikan segar, tidak bisa dijual karena segera setelah ikan itu kehilangan kesegarannya, maka mustahil untuk bisa dijual.
Beijing sangat menentang pembuangan air limbah dari Fukushima karena diduga sudah terkontaminasi nuklir. Cina juga menggambarkan hal itu sebagai sebuah sikap yang sangat egois dan tidak bertanggung jawab.
Sudah sejak lama Cina menjadi konsumen seafood terbesar Jepang. Pada 2022, pembelian Cina atas produk-produk laut asal Jepang sebesar USD 496 juta (Rp 7,6 triliun). Pada tahun lalu, Cina juga mengimpor crustaceans dan mollusks, yakni semacam kepiting dan scallops, senilai USD 370 juta (Rp 5,6 triliun). Total nilai impor seafood Cina dari Jepang pada bulan lalu senilai USD 149.02 juta yuan (Rp 314 miliar). Selain Jepang, Cina juga membeli produk-produk laut dari negara lain seperti Ekuador, Rusia dan Kanada.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: DKI Minta eks Warga Kampung Bayam yang Tinggal di Depan JIS Pindah Demi Piala Dunia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.