TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Kuwait memperketat keamanan di wilayah perbatasan setelah menemukan kasus sejumlah ekspatriat yang sudah dideportasi ke negara asal, balik lagi ke Kuwait. Gulf News mewartakan otoritas Kuwait baru-baru ini mendeteksi di area perbatasan ada sejumlah orang yang pernah didepotasi dari negara itu, masuk lagi ke Kuwait.
Gulf News dalam pemberitaan menyebut orang-orang itu berhasil mengecoh keamanan perbatasan dengan dokumen palsu dan wajah yang sudah di operasi plastik. Untuk mengatasi permasalahan ini, Kementerian Dalam Negeri Kuwait segera mengambil tindakan cepat dan tegas untuk mencegah kejadian lebih lanjut. Wakil Perdana Menteri Kuwait Talal al Khaled yang juga merangkap sebagai Menteri Dalam Negeri Kuwait menerbitkan arahan untuk memulai prosedur yang diperlukan.
Terkait hal ini, Departemen urusan Deportasi Kuwait dilaporkan akan memulai proses pengambilan sidik jari pada setiap ekspatriat yang dideportasi, terhitung mulai Minggu, 2 September 2023. Bukan hanya itu, personel keamanan pun saat ini sudah mulai dilatih untuk melakukan proses seperti yang diperintahkan Menteri Dalam Negeri al Khaled.
Dilaporkan prosedur bedah yang dilakukan ekspatriat tersebut, bukan hanya dilakukan pada bagian wajah namun juga pada bagian jari sebagai upaya mengubah sidik jari mereka.
Sebelumnya Arabian Business pada Jumat, 25 Agustus 2023, mewartakan Kuwait telah mendeportasi lebih dari 25 ribu ekspatriat periode Januari 2023 sampai 19 Agustus 2023 atau rata-rata sekitar 108 orang per hari. Langkah itu bagian dari upaya otoritas Kuwait memberikan tindakan keras pada mereka yang dinyatakan bersalah karena melanggar undang-undang ketenagakerjaan dan aturan izin tinggal.
Dari sekitar 25 ribu ekspatriat yang sudah dideportasi itu, sebanyak 10 ribu adalah perempuan. Alasan mereka yang dideportasi di antaranya penyalahgunaan narkoba, hingga mengemis yakni tindakan yang dianggap merugikan keamanan nasional.
Kuwait adalah sebuah negara di Semenanjung Arab yang di antaranya berbatasan dengan Irak dan Arab Saudi. Kuwait merupakan negara berkembang dengan pendapatan ekonomi tinggi dan negara terbesar keenam di dunia yang punya cadangan minyak terbesar.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan Editor: Laporan WHO Sebut Ada 1.4 Juta Kasus Baru Positif Covid-19
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.