TEMPO.CO, Jakarta - Regulator persaingan usaha Australia menggugat Qantas Airways pada Kamis, 31 Agustus 2023, dengan tuduhan menjual tiket ribuan penerbangan setelah dibatalkan, sehingga membuat maskapai tersebut berisiko terkena denda besar dan reputasi yang buruk.
Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) mengatakan dalam pengajuan pengadilan bahwa maskapai tersebut melanggar undang-undang konsumen ketika menjual tiket ke lebih dari 8.000 penerbangan antara Mei dan Juli 2022 tanpa mengungkapkan bahwa tiket tersebut telah dibatalkan.
Maskapai ini terus menjual tiket selama rata-rata 16 hari setelah membatalkan penerbangan karena alasan yang sering kali berada dalam kendalinya, seperti "optimasi jaringan", tambah ACCC. Qantas terus menjual tiket untuk satu penrbangan Sydney-San Francisco 40 hari setelah pembatalannya, kata regulator.
Denda maksimum yang dihadapi Qantas adalah 10% dari omset tahunan, yaitu A$19,8 miliar pada tahun berjalan hingga Juni, meskipun ACCC tidak menentukan jumlahnya.
Gugatan ACCC "dapat merugikan merek Qantas, yang mengalami masa sulit akhir-akhir ini," kata Rico Merkert, wakil direktur Institut Studi Transportasi dan Logistik Universitas Sydney.
Setelah negara tersebut membuka kembali perbatasannya pada akhir 2021, Qantas menanggung beban terbesar dari keluhan mengenai pembatalan penerbangan, kehilangan bagasi, dan antrean bandara yang panjang ketika operator transportasi di seluruh dunia kesulitan mendapatkan staf.
Pada sidang Senat Australia minggu ini, CEO Qantas Alan Joyce, yang akan pensiun pada November setelah 15 tahun, mengonfirmasi bahwa maskapai tersebut memiliki kredit yang belum terpakai senilai hampir A$500 juta untuk penerbangan yang dibatalkan yang akan berakhir pada Desember.
Sydney Morning Herald melaporkan pada Kamis bahwa Qantas membatalkan tenggat waktu 2023. Qantas tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Joyce juga mengonfirmasi pada sidang bahwa Qantas telah menulis surat kepada pemerintah federal pada 2022 memintanya untuk menolak permintaan Qatar Airways, pesaing Qantas di rute internasional, untuk meningkatkan penerbangan ke Australia. Pemerintah menolak penerbangan tambahan Qatar.
“Perjalanan udara yang dapat dipercaya sangat penting bagi banyak konsumen di Australia yang ingin mengunjungi orang-orang terkasih, berlibur, mengembangkan bisnis, atau terhubung dengan rekan kerja,” kata Ketua ACCC Gina Cass-Gottlieb dalam sebuah pernyataan.
Qantas mengatakan akan meninjau tuduhan ACCC dan menanggapinya di pengadilan. Dicatat bahwa periode yang diperiksa oleh ACCC adalah masa “pergolakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh industri penerbangan.”
REUTERS
Pilihan Editor: Biden Setujui Paket Bantuan Militer ke Taiwan