TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan Indonesia belum akan bergabung dengan kelompok negara berkembang BRICS. Jokowi menyebut Indonesia belum menyampaikan surat “expression of interest”. “Kita ingin mengkaji, mengkalkulasi terlebih dahulu. Kita tidak ingin tergesa-gesa,” ucap Jokowi dalam keterangan pers pada Kamis, 24 Agustus 2023.
BRICS sendiri telah mengundang Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina, dan Uni Emirat Arab untuk bergabung. Ini merupakan langkah yang bertujuan untuk menumbuhkan pengaruh blok yang telah berjanji untuk memperjuangkan "Global Selatan".
Sejarah Pembentukan BRICS
BRICS adalah kelompok negara informal yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. BRICS sendiri merupakan kepanjangan dari Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa.
Dilansir dari laman resminya, Rusia merupakan negara yang memprakarsai pembentukan BRICS. Pada 20 September 2006, Pertemuan Tingkat Menteri BRICS yang pertama diselenggarakan atas usulan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Para menteri luar negeri dari Rusia, Brasil, dan Cina serta Menteri Pertahanan India ikut serta dalam pertemuan ini. Mereka menyatakan minat mereka untuk memperluas kerja sama multilateral. Pada 16 Mei 2008, Yekaterinburg menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Luar Negeri BRICS atas prakarsa Rusia.
Setelah pertemuan tersebut, sebuah Komunike Bersama dikeluarkan. Komunike Bersama ini mencerminkan sikap bersama mengenai isu-isu pembangunan global. Langkah penting lainnya diambil pada 9 Juli 2008.
Pada waktu itu, Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, bertemu dengan Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva; Perdana Menteri India, Manmohan Singh; dan Presiden Cina, Hu Jintao, di sela-sela KTT G8 di Toyako, Jepang.
Kemudian pada 16 Juni 2009, Yekaterinburg menjadi tuan rumah KTT BRICS yang pertama. Para Pemimpin BRICS mengeluarkan pernyataan bersama setelah KTT.
Dokumen tersebut menetapkan tujuan BRICS, yakni untuk mempromosikan dialog dan kerja sama di antara negara-negara BRICS dengan cara yang bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka, dan transparan.
Dialog dan kerja sama negara-negara BRICS tidak hanya kondusif untuk melayani kepentingan bersama negara-negara berkembang, tetapi juga untuk membangun dunia yang harmonis dengan perdamaian abadi dan kemakmuran bersama.
Pada 2013, BRICS menyumbang sekitar 27 persen dari PDB global (dalam hal paritas daya beli mata uang nasional mereka). Total populasi BRICS adalah 2,88 miliar (42 persen dari seluruh populasi global).
Pilihan Editor: Jokowi Sebut Indonesia Tak Mau Tergesa-gesa Gabung BRIC