TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Penerbangan Sipil Sudan dalam pernyataan pada Selasa, 15 Agustus 2023, mengkonfirmasi telah membuka kembali wilayah udara bagian timur Sudan untuk lalu lintas udara.
“Wilayah udara Sudan untuk lalu lintas udara di rute timur negara ini, terhitung mulai hari ini Selasa (15 Agustus), sudah dibuka kembali,” demikian keterangan Penerbangan Sipil Sudan.
Sebuah pusat alternatif navigasi udara telah didirikan di Kota Port Sudan. Wilayah udara Sudan pertama kali ditutup pada pertengahan April 2023 buntut dari bentrokan antara militer Sudan dengan kelompok paramiliter Sudan bernama Rapid Support Forces.
PBB mencatat lebih dari satu juta orang telah melarikan diri dari Sudan ke negara-negara tetangga. PBB memperingatkan, orang-orang di dalam negeri itu kehabisan makanan dan sekarat karena kurangnya perawatan kesehatan setelah empat bulan perang.
Pertempuran antara tentara Sudan dan Rapid Support Forces telah menghancurkan ibu kota Khartoum dan memicu serangan yang didorong oleh etnis di Darfur. Ketegangan mengancam Sudan terjerumus ke dalam perang saudara yang berkepanjangan dan membuat wilayah tersebut tidak stabil.
Perang meletus sejak 15 April karena ketegangan terkait dengan transisi yang direncanakan ke pemerintahan sipil. Ini mengakibatkan warga sipil di ibu kota dan sekitarnya terlibat dalam pertempuran dan serangan setiap hari.
Jutaan orang yang tetap tinggal di Khartoum dan kota-kota di wilayah Darfur dan Kordofan. Mereka menghadapi penjarahan yang merajalela dan pemadaman listrik, komunikasi, dan air yang berkepanjangan. Dilaporkan serangan seksual telah meningkat sebesar 50 persen.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan Editor: Niger Tutup Wilayah Udara, Tolak Bebaskan Presiden Mohamed Bazoum
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.