TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah sekolah yang berlokasi di Zhaoqing, Guangdong, Cina, bermaksud melakukan sesi "pendidikan kesehatan mental" kepada murid. Alih-alih berguna, sesi tersebut membuat geger karena materi yang disampaikan.
Sekolah tersebut menampilkan gambar yang menyampaikan pesan bahwa individu yang mengalami pelecehan seksual disebabkan karena berpakaian flamboyan dan perilaku genit, menurut media People's Daily yang dikelola pemerintah Cina.
Seperti dilansir surat kabar tersebut, isi pelajaran itu memicu kontroversi. "Pelecehan seksual terutama dimotivasi oleh hasrat seksual. Korban pelecehan seksual menderita karena mereka berpakaian flamboyan dan berperilaku genit. Anak perempuan tidak boleh memakai pakaian transparan atau minim dan harus menghindari perilaku sembrono."
Gambar-gambar dari bahan ajar yang kontroversial itu baru muncul bulan ini. Hal itu memicu kemarahan dan keheranan di media sosial.
Banyak yang menghubungkan ini dengan perspektif konservatif. Para kritikus menyoroti ketidaksetaraan gender yang mengakar dalam masyarakat patriarkal.
Pekan lalu setelah ramai dikritik, otoritas pendidikan setempat mengeluarkan pernyataan yang mengakui bahwa materi pelajaran telah menyebabkan kesalahpahaman di kalangan warga. "Ceramah itu mengandung beberapa ungkapan yang tidak pantas, yang menyebabkan kesalahpahaman di antara (pengguna online)," kata pernyataan itu.
Biro Pendidikan mengutuk insiden tersebut. Mereka mengarahkan sekolah untuk melakukan tindakan korektif. Mereka menekankan kebutuhan untuk secara ketat mengimplementasikan kuliah mengajar dan proses peninjauan, meningkatkan administrasi pendidikan, memperkuat pelatihan guru, dan meningkatkan standar prakarsa pendidikan.
Namun, pernyataan resmi itu juga memicu reaksi di kalangan pengguna media sosial di Cina. Banyak yang keberatan dengan penggunaan istilah kesalahpahaman dalam pernyataan itu. Netizen berpendapat bahwa materi pengajaran bukanlah kesalahan yang tidak disengaja melainkan manifestasi dari kepercayaan patriarki yang tertanam kuat yang tersebar luas di seluruh negeri.
NDTV
Pilihan Editor: Donald Trump Diperintahkan Serahkan Diri, Didakwa Lakukan Penipuan Pemilu