TEMPO.CO, TAIPEI – Persinggahan Wakil Presiden Taiwan William Lai ke New York dan San Fransisco Amerika Serikat dalam perjalanan dinasnya ke Paraguai akan dipantau ketat oleh Beijing dan Washington. Meski kunjungan singkat itu tidak begitu krusial, namun diprediksi bisa meningkatkan ketegangan hingga membuat jet-jet tempur Cina dan Angkatan Laut Cina bermanuver di Taiwan.
"Meski tanpa ada kejadian politik semacam itu, sebenarnya ada tingkat pelecehan yang cukup tinggi pada Taiwan oleh pesawat-pesawat tempur dari tentara pembebasan rakyat Cina (militer) pada tahun ini. Militer Cina tidak akan pernah membiarkan begitu saja kebijakan asing seperti ini," kata Shu Hsiong-huang, peneliti dari Institute for National Defense and Security Research.
Sedangkan Lu Yeh-Chung, professor bidang diplomasi dari Universitas Nasional Chengchi berpandangan Wapres Lai hanya ingin memastikan pada Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya kalau dia bukan biang kerok masalah. Cina menganggap Taiwan sebagai masalah diplomatik paling penting, dan merupakan sumber gesekan terus-menerus antara Beijing dan Washington. Sedangkan Amerika Serikat merupakan pendukung dan pemasok senjata internasional terpenting pulau itu.
Beijing sangat tidak menyukai Lai, yang sebelumnya menggambarkan dirinya sebagai pekerja praktis untuk kemerdekaan Taiwan. Sikap itu menjadi garis merah untuk Beijing yang tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya.
Lai, juga merupakan kandidat kuat untuk menjadi presiden Taiwan berikutnya pada pemilihan Januari. Ia berada di Amerika Serikat di tempat yang secara resmi menjadi pemberhentian transit dalam perjalanannya ke Paraguay untuk pelantikan presiden barunya.
Paraguay adalah satu dari hanya 13 negara yang mempertahankan hubungan formal dengan pulau yang diklaim Cina itu.
Taiwan dan Amerika Serikat sama-sama mengatakan persinggahan, termasuk satu di San Francisco dalam perjalanan pulang, adalah lawatan baisa. Cina mengecam mereka dan menyebut Lai sebagai "pembuat onar" separatis.
Taiwan Terbuka untuk Dialog
Lai, yang telah berjanji untuk menjaga perdamaian dan status quo, menegaskan kembali di New York bahwa berdasarkan prinsip dasar martabat dan paritas dia "sangat bersedia" untuk berbicara dengan Cina. Ia mau mengupayakan perdamaian dan stabilitas.
Tetapi Lai mengatakan dia akan melindungi kedaulatan Taiwan. Ia menekankan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka dan bahwa Republik Cina - nama resmi Taiwan - dan Republik Rakyat Cina "tidak saling tunduk".
Pidato Lai dihadiri oleh Ingrid Larson, direktur pelaksana Institut Amerika di Taiwan, sebuah organisasi nirlaba yang dikelola pemerintah AS yang melakukan hubungan tidak resmi dengan Taiwan.
Cina melakukan latihan perang di sekitar Taiwan pada April setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen kembali dari California. Saat itu dia bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy saat transit dalam perjalanan kembali dari Amerika Tengah.
REUTERS - nytimes.com
Pilihan Editor: Belasan Praktisi dan Akademisi Yogyakarta Ikuti Dialog Antarkota se-Asia Tenggara di Bangkok
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.