TEMPO.CO, Jakarta – Duta Besar Swedia untuk Indonesia Marina Berg menekankan bahwa negaranya tidak mendukung atau berdiri di belakang pelaku pembakaran Al Quran yang marak terjadi di Stockholm. Namun ia menjelaskan bahwa hukum di Swedia memungkinkan kebebasan berserikat dan kebebasan berekspresi.
Berg saat ditemui di kantor Tempo pada Kamis, 10 Agustus 2023, mengatakan, pemerintahan di Stockholm saat ini tengah membuat analisis untuk meninjau hukum berkaitan dengan ketertiban di Swedia, untuk melihat langkah apa yang bisa dilakukan. Ini membutuhkan beberapa waktu dan harus diajukan ke parlemen sebelum diberlakukan.
Aktivis anti-Islam di Swedia telah membakar dan merusak beberapa salinan kitab suci umat Islam dalam beberapa bulan terakhir. Aksi itu memicu kemarahan di dunia Muslim termasuk Indonesia. Sejumlah pihak menuntut agar pemerintah Swedia melarang tindakan semacam itu.
Kementerian Luar Negeri RI telah memanggil Berg atas aksi pembakaran Al Quran di Stockholm lebih dari sepekan lalu. “Apa yang disebut kebebasan berpendapat tidak boleh kemudian mencederai perasaan mereka yang memiliki kedekatan atau penghormatan terhadap kitab suci yang sakral sifatnya,” kata Juru Bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah saat ditemui di Jakarta pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Duta besar menyebut ia berdiskusi dengan kementerian luar negeri, juga Menteri Retno Marsudi, secara blak-blakan dan terbuka soal masalah ini.
Baca juga:
Swedia menerbitkan undang-undang baru pada awal Agustus, yang memberikan kewenangan yang lebih besar kepada polisi untuk melakukan pemeriksaan di dalam dan di sekitar perbatasan negara, termasuk penggeledahan tubuh, dan memungkinkan peningkatan pengawasan elektronik.
"Kontrol perbatasan adalah langkah yang memberi kami syarat untuk mengidentifikasi orang-orang yang datang ke Swedia yang dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan," kata Menteri Kehakiman Gunnar Strommer dalam konferensi pers.
Aksi pembakaran Al Quran ini cukup berpengaruh pada tawaran Swedia untuk masuk pakta pertahanan militer Barat atau NATO. Turki menentang keras demo ini dan menekankan prinsip tidak akan menerima Stockholm dalam aliansi selama masih aksi itu masih terjadi.
Berg menjelaskan lagi alasan utama Swedia masuk ke pakta itu adalah karena masalah keamanan yang ditimbulkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang memperburuk situasi di Eropa. Ia hanya yakin Swedia akan secepatnya masuk NATO.
“Yang perlu kita lakukan adalah mendukung Ukraina sebisa mungkin dari sisi kemanusiaan dan juga senjata untuk mempertahankan diri,” katanya.
DANIEL A. FAJRI
Pilihan Editor: Polandia Kirim 10.000 Tentara ke Perbatasan Belarus, Siap Perang?