TEMPO.CO, Jakarta - Pekan lalu, kota Zhuozhou dilanda banjir terparah yang melanda Cina utara dalam ingatan hidup. Hari ini, warga bertanya mengapa pemerintah daerah tidak berbuat lebih banyak untuk membantu mereka.
Ribuan rumah dan mata pencaharian rusak ketika Zhuozhou, kurang dari 80 km selatan Beijing, menanggung beban banjir yang melanda provinsi Hebei dan wilayah utara lainnya setelah Topan Doksuri.
Kerugian ekonomi langsung dari banjir di daerah Baoding, yang meliputi Zhuozhou, mencapai 17 miliar yuan ($2,36 miliar), menurut perkiraan pemerintah setempat.
"Di tempat lain Anda melihat para pemimpin bergegas ke garis depan dan mengoordinasikan upaya penyelamatan, tetapi di Zhuozhou mereka menghilang," kata seorang warga bermarga Wang, yang terdampar di apartemennya selama tiga hari tanpa listrik.
"Kelompok penyelamat tiba dari seluruh Cina tetapi tidak dapat menemukan siapa pun untuk diajak bekerja sama."
Wu Chunlei, 42, yang rumah dua lantai dan pabriknya hancur, mengatakan penduduk desa memandu kelompok penyelamat ke daerah pedesaan yang dilanda banjir karena pegawai pemerintah tidak hadir.
"Saat itu tidak ada sinyal telepon dan kami tidak bisa menghubungi pejabat setempat. Kami hanya bisa menyelamatkan diri," kata Wu.
Reuters mencoba menghubungi pemerintah daerah Zhuozhou dan wilayah Baoding yang lebih luas, tetapi panggilan berulang kali tidak dijawab.
Dalam sebuah pernyataan Minggu, pemerintah daerah Zhuozhou mengatakan telah "dengan cepat meluncurkan rencana penyelamatan" dan bahwa pemimpin Partai Komunis kota itu "tegas berada di garis depan dalam memerangi banjir dan bantuan bencana".
Presiden Cina Xi Jinping mengeluarkan perintah tertulis untuk upaya penyelamatan "habis-habisan" pada 1 Agustus, dan minggu ini mengirim Wakil Perdana Menteri Zhang Guoqing untuk mengunjungi daerah banjir Cina utara, termasuk Zhuozhou, lapor media pemerintah. Media pemerintah telah memberi isyarat bahwa Xi dan anggota Partai Komunis Cina top lainnya sedang menjalani retret musim panas tahunan mereka.
Tetapi sebagai tanda bahwa pihak berwenang menjadi sensitif terhadap kritik dari para korban banjir, beberapa posting blog tentang banjir Zhuozhou, termasuk akun orang pertama, telah disensor dari platform perpesanan WeChat.