Evakuasi, Kompensasi
Lebih dari seperenam dari 600.000 penduduk kota dievakuasi. Beberapa dari mereka yang tetap tinggal mengatakan kurangnya urgensi dari pejabat setempat membuat mereka mengabaikan pemberitahuan evakuasi hingga terlambat.
Warga lain mengatakan mereka tidak menerima peringatan apa pun.
"Kami tidak menerima informasi apa pun," kata seorang tukang kayu bermarga Zhu kepada Reuters dari rumahnya, di mana dia mengatakan banjir sedalam empat meter menyebabkan kerusakan senilai lebih dari 300.000 yuan (sekitar Rp 630.586.107).
"Seluruh rangka baja luar rumah saya hanyut, semua perabot, perkakas, dan mesin saya di lantai bawah hilang. Fondasinya runtuh ke tanah."
Banyak warga percaya bahwa banjir diperparah oleh keputusan pemerintah pada 31 Juli untuk mengalihkan air banjir dari waduk Baoding yang meluap ke tempat yang disebut daerah penampungan banjir, dua di antaranya berada di Zhuozhou.
Daerah ini mungkin termasuk tanah berpenduduk di dataran rendah, menurut undang-undang pengendalian banjir Cina. Penghuni daerah penampungan banjir berhak atas kompensasi senilai 70% dari kerusakan rumah, kata undang-undang tersebut.
Beberapa warga Zhuozhou mengatakan mereka telah menyerahkan laporan kerusakan kepada pejabat setempat tetapi belum mendengar kabar tentang kompensasi. Kabinet Cina telah berjanji untuk mengembalikan korban banjir ke rumah mereka pada musim dingin, sementara pejabat Beijing mengumumkan bahwa pemulihan pascabencana bisa memakan waktu hingga satu tahun.
Zhuozhou bukan satu-satunya daerah di mana penduduknya marah atas kelambanan pemerintah.
Di kota Bazhou, 130 km tenggara Zhuozhou, puluhan korban banjir menggelar protes langka di mana mereka membentangkan spanduk menuntut kompensasi, menurut klip video yang diposting di platform media sosial X minggu lalu.
Reuters berhasil melakukan geolokasi video tetapi tidak dapat memverifikasi tanggal pengambilannya.
REUTERS
Pilihan Editor: Topan Khanun Mulai Masuk Korea Selatan setelah Hantam Jepang