TEMPO.CO, Jakarta - Intercept pada Rabu, 9 Agustus 2023, melaporkan kalau Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada tahun lalu mendesak Pakistan agar mendongkel mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan karena Khan bersikukuh bersikap netral atas perang Ukraina. Laporan Intercept itu berdasarkan sebuah saluran diplomatik dari sumber di militer Pakistan yang tidak bisa dipublikasi.
Saluran diplomatik itu adalah setumpuk dokumen pertemuan antara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dengan Duta Besar Pakistan untuk Amerika Serikat Asad Majeed Khan pada 7 Maret 2022.
“Orang-orang di sini dan Eropa cukup waswas soal mengapa Pakistan mengambil posisi netral yang dianggap cukup berani,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat bidang selatan dan tengah, Donald Lu, yang menyalahkan kebijakan Perdana Menteri Khan.
Duta Besar Asad Majeed Khan berusaha memperbaiki kekecewaan Amerika Serikat dengan menyoroti kalau posisi Pakistan terkait persoalan Ukraina karena itu adalah keputusan Perdana Menteri Khan. Jika mosi tidak percaya terhadap Khan sukses, maka semua bisa dimaafkan oleh Washington.
“Jika tidak, saya berfikir mungkin akan sulit kedepannya,” kata Duta Besar Asad Majeed Khan, yang juga menambahkan Eropa akan mengikuti Amerika Serikat untuk mengisolasi Perdana Menteri.
Duta Besar Asad Majeed Khan dalam catatannya menyiratkan kalau ancaman tampaknya berasal langsung dari Gedung Putih dan menyarankan adanya sebuah respon diplomatik. Khan yang tampaknya mendapatkan sebuah salinan dokumen rahasia itu, menuding kalah Amerika Serikat dalang dibalik kudeta terhadapnya setelah sebelumnya pada April 2022 dia dijatuhi mosi tidak percaya atau seperti yang disarankan Lu.
Pakistan saat ini dipimpin oleh Perdana Menteri Shehbaz Sharif, di mana Sharif mengakui kabel diplomatik yang disebut dalam laporan Intercep itu memang ada dan beberapa pesan di sana, kurang sopan. Namun Sharif tidak mau mengkonfirmasi perihal klaim pendongkelan Khan dari jabatan.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Topan Khanun Sebabkan 330 Penerbangan di Korea Selatan Dibatalkan, Badai Lan Masuk Jepang
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.