TEMPO.CO, Jakarta - Selandia Baru menghadapi lingkungan strategis yang paling menantang dalam beberapa dekade di tengah persaingan kekuatan besar dan dengan militer yang tidak cocok untuk tantangan di masa depan, menurut tinjauan pemerintah yang tidak memiliki rencana konkret untuk membalikkan keadaan.
Pemerintah, Jumat, 4 Agustus 2023, mempresentasikan strategi keamanan nasional pertamanya, bersamaan dengan tahap pertama tinjauan pertahanan. Tinjauan tersebut menguraikan bagaimana Selandia Baru perlu membelanjakan lebih banyak untuk militernya dan memperkuat hubungan dengan negara-negara di Indo-Pasifik untuk membantu menghadapi tantangan perubahan iklim dan persaingan strategis antara Barat, serta China dan Rusia.
"Ancaman yang dihadapi Selandia Baru menjadi lebih kompleks dan lebih menantang," kata Menteri Pertahanan Selandia Baru Andrew Bridgman dalam pidato peluncuran tersebut.
"Kami akan terus memenuhi permintaan hari ini dengan kekuatan yang kami miliki, namun dalam waktu dekat, kami perlu mengorientasikan diri ke masa depan yang muncul dan konteks yang berkembang."
Namun, keputusan apa pun tentang peningkatan anggaran pertahanan - saat ini sekitar 1% dari PDB - atau peningkatan peralatan tidak akan dilakukan hingga dokumen lebih lanjut dirilis pada 2024.
Reuben Steff, seorang dosen senior kebijakan luar negeri dan keamanan global di University of Waikato mengatakan bahwa dokumen tersebut memberikan pemahaman tentang kerangka kerja konseptual tetapi menghambat keputusan yang sebenarnya.
Pemerintah mungkin mencoba memberikan waktu kepada publik untuk memahami parahnya situasi dan tren yang muncul sehingga ketika atau jika mereka mengumumkan peningkatan pengeluaran, mereka akan memiliki izin sosial untuk melakukannya, katanya.