TEMPO.CO, Jakarta -Korea Utara mengkritik paket bantuan senjata yang dikirimkan oleh Amerika Serikat ke Taiwan. Pyongyang menuduh Washington mendorong ketegangan di kawasan itu ke "titik api perang lainnya".
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi KCNA pada Kamis, 3 Agustus 2023, Direktur Jenderal Departemen Urusan Cina di Kementerian Luar Negeri Korea Utara Maeng Yong Rim mengatakan, rencana tersebut adalah provokasi politik dan militer yang berbahaya dan pelanggaran mencolok terhadap prinsip ‘Satu Cina’.
"Ini adalah niat jahat AS untuk mengubah Taiwan menjadi pangkalan maju yang tidak dapat tenggelam melawan Cina dan parit lini pertama untuk menjalankan strateginya untuk menghalangi Cina," kata pernyataan Korut.
Amerika Serikat meluncurkan paket bantuan untuk Taiwan senilai hingga US$345 juta pada Jumat karena Kongres mengesahkan senjata senilai hingga US$1 miliar untuk pulau itu sebagai bagian dari anggaran 2023.
Beijing mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri. Cina telah berulang kali memperingatkan terhadap "pertukaran resmi" apa pun antara Washington dan Taipei.
Taiwan, yang memiliki pemerintahan demokratis, menolak klaim kedaulatan Cina dan mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka.
Korea Utara, dalam pernyataannya menyebut, wilayah Asia-Pasifik, termasuk Semenanjung Korea dan Selat Taiwan, bukanlah teater aktivitas militer AS atau tempat uji coba perang. Pyongyang memperingatkan bahwa AS harus "membayar mahal" untuk "memprovokasi kepentingan inti China".
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan delegasi Cina di Pyongyang pekan lalu dan berjanji untuk mengembangkan hubungan kedua negara ke "ketinggian baru". Sebelum pertemuan, mereka meninjau misil berkemampuan nuklir terbaru dan drone serang Kim di parade militer.
Militer Cina telah meregangkan otot-ototnya di sekitar pulau itu. Beijing baru-baru ini mengirim lusinan pesawat tempur, pembom, dan pesawat lainnya, termasuk drone, ke langit selatan Taiwan, menurut kementerian pertahanan Taiwan.
Pilihan Editor: Taiwan Tahan Letnan Kolonel Diduga Mata-mata Cina
REUTERS