TEMPO.CO, Jakarta - Polisi di Rio de Janeiro menewaskan sedikitnya sembilan orang dalam penggerebekan pada Rabu, 2 Agustus 2023, dalam contoh terbaru kekerasan mematikan oleh petugas keamanan Brasil setelah 16 orang tewas di tangan polisi negara bagian Sao Paulo sebelumnya minggu ini.
Brasil, negara dengan jumlah pembunuhan tertinggi di dunia, juga merupakan rumah bagi beberapa pasukan polisi paling mematikan di planet ini. Mereka secara teratur berperang melawan geng narkoba dan milisi pertahanan diri yang telah menjajah banyak lingkungan kelas pekerja miskin Brasil, atau favelas.
Polisi di Rio mengatakan mereka diserang oleh penyerang bersenjata selama operasi Rabu di lingkungan Penha. Sembilan dari tersangka gangster tewas sementara satu petugas dirawat di rumah sakit, kata polisi.
Jumlah korban tewas yang besar telah menjadi kejadian umum dalam penggerebekan di Rio, membuat para pengkritik menuduh adanya kekerasan yang berlebihan atau bahkan eksekusi singkat oleh polisi. Sedikitnya 29 orang tewas dalam operasi 2021 di daerah kumuh Jacarezinho yang dipenuhi geng di Rio, sementara hanya satu petugas polisi yang tewas.
Pembunuhan oleh polisi meningkat di Rio selama kepresidenan mantan Presiden Jair Bolsonaro, seorang mantan kapten tentara sayap kanan dengan dukungan luas di kalangan polisi. Bolsonaro, yang selama bertahun-tahun mewakili Rio sebagai anggota parlemen federal, berupaya meningkatkan perlindungan hukum bagi polisi yang membunuh di tempat kerja, dan mengatakan penjahat harus "mati seperti kecoa".
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, yang mengalahkan Bolsonaro dalam pemungutan suara tahun lalu, telah lama mengkritik dukungan pendahulunya terhadap polisi yang membunuh.