TEMPO.CO, Jakarta - Rapat umum partai politik yang digelar di provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut Pakistan pada Minggu, 30 Juli 2023, diserang bom bunuh diri. Sedikitnya 42 orang tewas dan lebih dari 130 lainnya cedera.
Ledakan itu terjadi di sebuah pertemuan partai konservatif Jamiat Ulema Islam-Fazl (JUI-F). Tepatnya di bekas daerah suku Bajaur, yang berbatasan dengan Afghanistan. Partai tersebut dikenal memiliki hubungan dengan politik Islam garis keras.
Petugas polisi distrik Nazir Khan, seperti dikutip Reuters, menyebut keadaan darurat telah diumumkan di rumah sakit Bajaur dan daerah sekitar lokasi sebagian besar korban luka dibawa. Mereka yang terluka parah diangkut dari Bajaur ke rumah sakit di ibu kota provinsi Peshawar dengan helikopter militer.
Sebuah pernyataan dari Rescue 1122 – layanan publik untuk keadaan darurat di Pakistan, menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 42 orang.
Khan mengatakan ledakan itu, pada konvensi pekerja JUI-F di kota Bajaur Khar, telah menyebabkan lebih dari 130 orang terluka, banyak yang luka serius. Sementara Kepala polisi provinsi Akhtar Hayat mengatakan kepada Reuters bahwa ledakan itu disebabkan oleh bom bunuh diri.
Serangan oleh militan di Pakistan naik sejak tahun lalu ketika gencatan senjata antara Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) dan Islamabad gagal. Sebuah pemboman masjid di Peshawar menewaskan lebih dari 100 orang awal tahun ini.
TTP dan kelompok terkaitnya berada di belakang sebagian besar serangan di Pakistan dalam beberapa bulan terakhir. Tapi TTP mengutuk insiden pada Minggu.
TTP berjanji setia, tetapi tidak secara langsung menjadi bagian dari Taliban di tetangga barat Afghanistan. Pasukan keamanan Pakistan mengatakan TTP memiliki tempat perlindungan di Afghanistan, yang dibantah oleh pemerintahan Taliban di sana.
Pemerintah Afghanistan mengutuk ledakan itu dalam pernyataan juru bicara mereka Zabihullah Mujahid. TTP bukan satu-satunya kelompok militan yang melakukan serangan di daerah itu, yang juga dilanda cabang lokal ISIS.
Partai yang ditargetkan, JUI-F, adalah sekutu utama pemerintah koalisi Perdana Menteri Shehbaz Sharif, yang sedang mempersiapkan pemilihan nasional yang akan diadakan pada November.
Sharif mengutuk ledakan itu, menyebutnya sebagai serangan terhadap proses demokrasi Pakistan. Dia bersumpah bahwa mereka yang bertanggung jawab akan dihukum.
Kedutaan Besar AS di Islamabad dan mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan juga mengutuk serangan bom tersebut dalam postingan di platform perpesanan di X atau dulunya dikenal sebagai Twitter.
REUTERS
Pilihan Editor: Afrika Barat Ancam Pemimpin Kudeta Niger Agar Kembalikan Kekuasaan