TEMPO.CO, Jakarta - Penjaga pantai Filipina pada Jumat 28 Juli 2023 mengatakan bahwa nakhoda kapal feri Aya Express yang terbalik di sebuah danau dan menewaskan 26 penumpang, memutuskan untuk berlayar meskipun mengetahui bahwa kapalnya melebihi kapasitas.
Penjaga pantai mengatakan kapal feri yang memiliki kapasitas maksimal 42 orang itu membawa hingga 70 orang. Para penumpang tidak mengenakan rompi pelampung saat kecelakaan kapal terjadi.
“Dua inspektur penjaga pantai mengizinkan feri untuk berlayar setelah diperlihatkan manifes yang hanya mencantumkan 22 penumpang di samping tiga awak kapal,” kata kepala penjaga pantai Laksamana Artemio Abu pada konferensi pers.
Kedua inspektur itu dicopot dari jabatannya dan akan diselidiki, kata pejabat penjaga pantai. Mereka mengatakan nakhoda dan dua anggota awak lainnya serta pemilik kapal dapat menghadapi tuntutan pidana.
Nakhoda mengatakan hanya 22 penumpang yang naik feri pada awalnya, tetapi jumlahnya membengkak ketika lebih banyak orang yang sangat membutuhkan tumpangan tiba. Para penumpang terlantar selama berhari-hari setelah cuaca badai memaksa penangguhan layanan feri awal pekan ini.
"Dalam perjalanan kembali ke kapal, dia mengatakan bahwa dia melihat terlalu banyak orang yang naik ke kapal dan dia tidak bisa lagi meyakinkan mereka untuk turun," ujar Abu. "Mereka yang terdampar bersikeras untuk tetap berada di kapal."
Sesaat setelah meninggalkan pelabuhan, Aya Express diterpa angin kencang yang membuat para penumpang panik dan bergegas ke salah satu sisi kapal. Kapal itu miring dan cadiknya pecah, menyebabkannya terbalik hanya 46m dari pantai, kata polisi dan petugas penjaga pantai.
Sebanyak 40 penumpang diselamatkan setelah kapal terbalik di Laguna de Bay, danau terbesar di Filipina pada Kamis. Kecelakaan ini terjadi tak lama setelah kapal meninggalkan Kota Binangonan di tenggara Manila dalam pelayaran 30 menit ke Pulau Talim, kata para pejabat.
Penjaga pantai, polisi, dan personel pemerintah lainnya terus mencari di danau pada Jumat, tetapi mengatakan mereka tidak tahu apakah masih ada yang hilang karena ketidakpastian jumlah penumpang di feri. Tidak ada lagi korban selamat atau mayat yang ditemukan.
Kecelakaan itu terjadi saat Topan Doksuri bertiup menjauh dari Filipina, yang memicu banjir dan tanah longsor.
Penjaga pantai mengatakan angin kencang menerpa perahu motor tersebut sekitar 45 meter dari Kota Binangonan, memicu kepanikan di antara para penumpang.
Para penyintas yang diwawancarai oleh media setempat mengatakan penumpang bergegas ke salah satu sisi perahu ketika angin dan hujan turun, yang menyebabkan perahu miring ke satu sisi, menjebak banyak penumpang di bawah perahu.
Ini adalah yang paling mematikan kedua di negara Asia Tenggara tahun ini, setelah 33 orang tewas dalam kebakaran feri di Filipina selatan pada Maret. Negara itu minggu ini dilanda Topan Doksuri yang membawa angin hingga 175 km per jam ke pulau Luzon utara dan terpadat, di mana ibu kota Manila berada.
Kecelakaan laut sering terjadi di Filipina karena seringnya terjadi badai, kapal yang tidak dirawat dengan baik, kepadatan yang berlebihan, dan penegakan peraturan keselamatan yang lemah.
Pada Desember 1987, kapal feri Dona Paz tenggelam setelah bertabrakan dengan sebuah kapal tanker bahan bakar, menewaskan lebih dari 4.300 orang dalam bencana maritim masa damai terburuk di dunia.
Pilihan Editor: Kapal Feri Filipina Angkut 134 Penumpang Terbakar, 7 Orang Tewas
REUTERS