TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara masih tutup mulut tentang masuknya tentara Amerika Serikat, yang sangat tidak biasa ke wilayahnya sehari sebelumnya, ketika ia melintasi perbatasan yang dijaga ketat antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Media pemerintah Korea Utara tidak menyebutkan insiden tersebut pada Rabu 19 Juli 2023 dan misi negara tersebut untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Reuters.
Belum ada kabar dari Korea Utara mengenai nasib Prajurit Kelas 2 AS Travis King, yang dengan rela lari ke Korea Utara selama tur di desa perbatasan Panmunjom pada Selasa.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengkonfirmasi pada Selasa bahwa seorang anggota tentara aktif AS telah dengan sengaja melintasi perbatasan antar-Korea ke Korea Utara tanpa izin.
“Kami sangat awal dalam masalah ini, jadi masih banyak yang kami coba pelajari tetapi yang kami tahu adalah bahwa salah satu anggota tentara kami yang melakukan tur dengan sengaja dan tanpa izin melewati garis demarkasi militer,” Austin mengatakan dalam konferensi pers.
“Kami memantau dan menyelidiki situasi dengan cermat dan bekerja untuk memberi tahu kerabat terdekat tentara dan terlibat untuk menangani insiden ini,” katanya.
Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke laut timurnya pada Rabu pagi, tetapi gemuruh terbaru ini tidak dianggap terkait dengan tentara AS yang melintasi perbatasan.
Analis mengatakan peluncuran rudal itu lebih mungkin terkait dengan kedatangan kapal selam bersenjata nuklir AS di kota pelabuhan Busan negara itu pada Selasa – kunjungan pertama oleh kapal selam yang dilengkapi dengan senjata nuklir sejak awal 1980-an.
“Kemungkinan Korea Utara akan menggunakan prajurit itu untuk tujuan propaganda dalam jangka pendek dan kemudian sebagai alat tawar-menawar dalam jangka menengah hingga jangka panjang,” kata Yang Moo-jin, presiden Universitas Kajian Korea Utara di Korea Selatan.