TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 100 orang telah dirawat di rumah sakit dan satu orang tewas setelah sebuah pabrik pengayaan uranium di wilayah Ural Rusia meledak. Perusahaan nuklir negara Rusia, Rosatom, yang memiliki Ural Electrochemical Combine di Novouralsk, mengatakan sebuah silinder dengan depleted uranium hexafluoride "depressurized" meledak pada Kamis, sekitar pukul 9 pagi waktu setempat.
Dalam sebuah pernyataan, Rosatom menyatakan bahwa insiden itu "segera terlokalisasi." Perusahaan mengatakan tidak ada risiko bagi orang yang tinggal di dekatnya, dan radiasi latar di pabrik "sesuai dengan nilai alami".
Baca juga:
Outlet berita lokal E1 melaporkan bahwa silinder itu "jatuh". Penduduk setempat dilaporkan telah diminta untuk tetap di rumah, sementara Vyacheslav Tyumentsev, kepala Novouralsk, meminta penduduk untuk tidak panik dan mengatakan situasinya "terkendali".
Satu orang, seorang "teknisi pemeliharaan peralatan khusus" berusia 65 tahun, tewas dalam "insiden tragis" di pabrik tersebut, menurut Rosatom dalam sebuah pernyataan.
Lebih dari 100 pekerja dari pabrik dibawa ke rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan. Menurut outlet Rusia E1, dokter yang sedang berlibur dan tidak bekerja segera dipanggil untuk menangani korban.
Rosatom mengatakan pekerja lain yang hadir pada saat kejadian menjalani pemeriksaan medis di Rumah Sakit Klinik Pusat No. 31 Badan Biologi Medis Federal Rusia di Novouralsk. "Kami lega melaporkan bahwa sebagian besar pekerja telah dipulangkan setelah menjalani prosedur dekontaminasi, dan nyawa serta kesehatan mereka tidak terancam," kata pernyataan itu.
Rosatom mengatakan telah membentuk "komisi khusus" untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut. "Prioritas kami adalah mengidentifikasi akar penyebab dan menerapkan tindakan pencegahan yang kuat untuk menghilangkan kemungkinan kekambuhan," katanya.
Urals Electrochemical Combine menyatakan memperkaya uranium untuk digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir. Uranium ini merupakan yang terbesar dari jenisnya di dunia.
NEWSWEEK
Pilihan Editor: Swedia Izinkan Pembakaran Kitab Suci Yahudi, Israel Meradang