TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joe Biden menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki "nafsu yang mendambakan tanah dan kekuasaan" pada akhir pertemuan puncak NATO, Rabu, 12 Juli 2023, di mana Ukraina memenangkan jaminan keamanan baru dari AS dan sekutunya untuk pertahanan melawan Moskow.
Anggota blok militer paling kuat di dunia menawarkan prospek perlindungan jangka panjang sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam sebagai "konyol" penolakan untuk menawarkan undangan atau jadwal masuknya Ukraina ke NATO.
Ukraina telah mendorong keanggotaan cepat saat memerangi invasi Rusia yang dilancarkan pada Februari 2022 yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Alih-alih, sebuah deklarasi oleh kelompok G7 dari negara-negara paling maju di dunia meluncurkan kerangka negosiasi bilateral untuk memberikan dukungan militer dan keuangan, berbagi intelijen, dan janji langkah penting jika Rusia menyerang lagi.
"Dukungan kami akan bertahan lama di masa depan. Ini adalah pernyataan kuat dari komitmen kami untuk Ukraina," kata Biden bersama Zelensky dan para pemimpin G7, yang terdiri dari AS, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang.
Berbicara di Vilnius, Lituania, pada akhir pertemuan dua hari di depan pintu Rusia, Biden mengatakan Putin sangat meremehkan tekad aliansi militer pimpinan AS.
"NATO lebih kuat, lebih bersemangat, dan ya, lebih bersatu dari sebelumnya dalam sejarahnya. Memang, lebih penting untuk masa depan kita bersama. Itu tidak terjadi secara kebetulan. Itu tidak bisa dihindari," kata Biden.
"Ketika Putin, dan hasratnya akan tanah dan kekuasaan, melancarkan perang brutalnya di Ukraina, dia bertaruh NATO akan pecah ... Tapi dia salah berpikir."
Menelan kekecewaannya atas tidak adanya kerangka waktu keanggotaan, Zelensky memuji "dukungan praktis dan belum pernah terjadi sebelumnya dari NATO untuk Ukraina" dan mengatakan bahwa pada pertemuan puncak Ukraina telah memperoleh "kejelasan yang jelas bahwa Ukraina akan berada di NATO".
Dia meng-tweet: "Saya yakin kita akan berada di NATO setelah situasi keamanan stabil. Sederhananya, ketika perang berakhir, Ukraina akan diundang ke NATO dan Ukraina jelas akan menjadi anggota Aliansi. Saya tidak memikirkan hal lain."