TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Paris melarang protes menentang kekerasan oleh pasukan, yang akan digelar Sabtu ini, 8 Juli 2023,, seminggu setelah Prancis diguncang kerusuhan akibat penembakan seorang remaja di pinggiran ibu kota Prancis.
Kepolisian Paris dalam sebuah keputusan yang dipublikasikan di situs webnya, menyatakan bahwa mereka telah melarang demonstrasi yang direncanakan di Place de la Republique karena membahayakan ketertiban umum.
Otoritas dan politisi Prancis termasuk Presiden Emmanuel Macron sebelumnya membantah adanya rasisme institusional di dalam lembaga penegak hukum negara itu.
Polisi berada di bawah sorotan setelah penembakan fatal 27 Juni lalu oleh seorang petugas polisi terhadap Nahel M saat diperiksa karena pelanggaran lalu lintas. Remaja berusia 17 tahun itu mengendarai mobil sport tanpa SIM.
Protes hari Sabtu diserukan oleh keluarga Adama Traore, seorang Prancis berkulit hitam yang meninggal di tahanan polisi dalam keadaan yang mirip dengan pembunuhan George Floyd di Amerika Serikat.
Demonstrasi menentang dugaan kekerasan polisi dan diskriminasi rasial awalnya direncanakan sebagai pawai di Beaumont-sur-Oise, pinggiran Paris lainnya, tempat Traore meninggal pada 2016.
Tapi rencana itu dilarang oleh otoritas lokal, dengan alasan meningkatnya risiko terhadap ketertiban dan keamanan publik.
Larangan itu ditegakkan oleh pengadilan pada hari Jumat, mendorong seruan untuk berkumpul di pusat kota Paris sebagai gantinya. Para pemimpin sayap kiri, termasuk ketua kelompok parlemen LFI Mathilde Panot, mengatakan mereka akan bergabung dalam pertemuan itu.
Belum jelas apakah penyelenggaraan ini juga akan dilarang oleh otoritas Paris.
Demonstrasi lanjutan atas penembakan Nahel direncanakan di beberapa kota besar Prancis selama akhir pekan, termasuk di Marseille dan Strasbourg.
Seorang polisi yang menurut jaksa penuntut mengakui memberikan tembakan mematikan ke Nahel sedang dalam penyelidikan formal untuk pembunuhan sukarela, setara dengan didakwa berdasarkan hukum Anglo-Saxon.
Pengacaranya mengatakan petugas itu membidik kaki pengemudi tetapi terbentur ketika mobil melaju, menyebabkan dia menembak ke arah dadanya, dan tidak bermaksud membunuh remaja itu.
Secara terpisah, kementerian luar negeri Prancis pada hari Sabtu membantah tuduhan Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial (CERD) tentang diskriminasi rasial dan penggunaan kekuatan berlebihan oleh petugas penegak hukum Prancis.
Badan PBB itu mengatakan pada Jumat bahwa Prancis harus memprioritaskan penanganan "penyebab struktural dan sistemik dari diskriminasi rasial, termasuk dalam penegakan hukum".
"Setiap tuduhan rasisme sistemik atau diskriminasi oleh penegak hukum di Prancis tidak berdasar", kata kementerian luar negeri, menggemakan pernyataan serupa yang telah dibuat sebelumnya.
REUTERS
Pilihan Editor Kirim Emoji Jempol Menjawab Permintaan Kontrak, Petani Kanada Didenda Rp1 M