TEMPO.CO, Jakarta - Badai musim panas yang jarang terjadi dengan kecepatan angin hingga 145 kilometer per jam melanda Belanda pada Rabu, 5 Juli 2023, menyebabkan setidaknya satu kematian karena orang-orang di sebagian besar negara itu disuruh tinggal di dalam rumah dan perjalanan sangat terganggu.
Seorang wanita berusia 51 tahun meninggal di Haarlem setelah sebuah pohon tumbang menimpa mobilnya, kata polisi setempat.
Di Amsterdam, beberapa orang terluka karena puluhan pohon tumbang akibat badai, merusak mobil dan rumah perahu di sepanjang kanal kota.
Institut Meteorologi Nasional mengirimkan kode peringatan badai merah tertinggi kepada penduduk provinsi Belanda Utara, termasuk Amsterdam, menyerukan mereka untuk tidak meninggalkan rumah dan mencatat nomor layanan darurat hanya untuk situasi yang mengancam jiwa.
Badai, yang diberi nama Poly, adalah yang terburuk di Belanda selama bulan-bulan musim panas dan terkuat secara keseluruhan sejak Januari 2018, kata badan cuaca Weeronline.
Badai besar di Belanda biasanya terjadi antara Oktober dan April. Badai musim panas yang berat terakhir terjadi pada 2015 dan merupakan yang pertama dalam lebih dari satu abad.
Badai musim panas menyebabkan banyak kerusakan karena pepohonan dipenuhi dedaunan dan banyak di antaranya menjadi rapuh selama musim kering yang luar biasa panjang pada Mei dan Juni.
Bandara Schiphol Amsterdam, salah satu hub tersibuk di Eropa, membatalkan lebih dari 400 penerbangan, kata seorang juru bicara, dengan lalu lintas diperkirakan akan dibatasi hingga setidaknya pukul 16.00 waktu setempat.
Operator kereta NS dan Arriva menghentikan semua layanan di utara negara itu, dan jalan raya di utara Amsterdam ditutup karena pohon tumbang.
Badai akan bergerak ke timur di utara negara itu dan diperkirakan akan menjadi kurang kuat pada sore hari.
REUTERS
Pilihan Editor: Warga Palestina Kembali ke Jalan-jalan Jenin Setelah Israel Angkat Kaki