TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah agensi periklanan di Filipina, yang bertanggung jawab atas pembuatan video promosi pariwisata "Love the Philippines," meminta maaf setelah diketahui menggunakan gambar-gambar dari negara lain dalam video tersebut. Tindakan tersebut menuai kontroversi dan menimbulkan kekecewaan di kalangan masyarakat dan pemerintah Filipina.
Bagaimana kronologinya?
Pemerintah Filipina meluncurkan kampanye tersebut pada 27 Juni dengan anggaran sebesar 900.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,3 milyar. Namun, Kementerian Pariwisata negara itu mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki dugaan penggunaan gambar yang "tidak asli" dalam video yang dibuat oleh agensi DDB. Video tersebut kemudian dihapus dari halaman Facebook resmi pemerintah.
Blogger Filipina terkenal, Sass Rogando Sasot, telah mengungkapkan di Facebook bahwa beberapa gambar dalam video kampanye tersebut berasal dari negara lain. Analisis dari tim pemeriksa fakta AFP membenarkan bahwa video tersebut memperlihatkan tempat-tempat di Brasil, Indonesia, Swiss, dan Uni Emirat Arab.
Dilansir dari Channel News Asia, agensi periklanan DDB mengakui bahwa beberapa gambar dalam video tersebut diambil dari negara-negara lain dan bukan merupakan lokasi di Filipina. Mereka mengklaim bahwa hal ini terjadi karena kesalahan pada proses pengumpulan gambar dan kurangnya verifikasi yang memadai.
Agen periklanan ini mengeluarkan permintaan maaf atas penggunaan gambar yang "tidak pantas" dalam video kampanye pariwisata "Love The Philippines". Beberapa gambar termasuk sawah terasering di Indonesia dan bukit pasir di Brasil.
DDB meminta maaf pada hari Minggu, 2 Juli 2023 atas penggunaan gambar dari rekaman stok asing dan mengakui bahwa hal tersebut merupakan pengawasan yang kurang memadai dari pihak agensi.
"Proses penyaringan dan persetujuan yang tepat seharusnya diikuti dengan ketat," kata prewakilan agensi dalam sebuah pernyataan.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang integritas dan profesionalisme dalam industri periklanan. Sebagai negara yang memiliki potensi pariwisata yang luar biasa, Filipina sangat bergantung pada citra positif yang dihasilkan oleh kampanye promosi yang akurat dan meyakinkan.
Pemerintah Filipina juga bereaksi terhadap insiden ini. Menteri Pariwisata dan Transportasi Filipina, Juan Carlos Aquino, menyatakan kekecewaannya atas penggunaan gambar yang tidak sesuai dengan fakta. Ia menekankan pentingnya transparansi dan kejujuran dalam mempromosikan keindahan dan kekayaan alam Filipina kepada dunia.
Insiden ini juga memicu panggilan untuk meningkatkan pengawasan dan regulasi dalam industri periklanan di Filipina. Perlu adanya sistem yang lebih ketat untuk memastikan bahwa materi promosi pariwisata negara tersebut akurat, menggambarkan keindahan alam dan budaya Filipina dengan benar, dan mencegah penggunaan materi dari negara lain tanpa izin yang sah.
Dalam situasi ini, diharapkan agensi periklanan dan pemerintah dapat belajar dari kesalahan yang terjadi dan bekerja sama untuk membangun citra pariwisata Filipina yang kuat dan terpercaya. Kejujuran dan integritas harus menjadi landasan utama dalam upaya mempromosikan negara ini kepada dunia.
Pilihan Editor: Promosi Pariwisata Filipina Comot Pemandangan Sawah di Bali, Agensi Minta Maaf