TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengisyaratkan bahwa Israel hampir merampungkan operasi Jenin. Tepi Barat mengalami situasi terpanas pasca pertempuran sengit yang menewaskan 10 warga Palestina.
"Operasi itu hampir menyelesaikan tujuan yang ditetapkan," kata Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanebi kepada radio Kan, Selasa, 4 Juli 2023, setelah keadaan yang relatif tenang dalam bentrokan semalam.
Israel meluncurkan operasi 'Rumah dan Taman' yang melibatkan ratusan pasukan komando dan serangan udara pada Senin pagi, 3 Juli 2023. Ini mendorong pemerintah Palestina menangguhkan kontak dengan Israel. Operasi itu menimbulkan keprihatinan kemanusiaan AS dan PBB.
Tel Aviv mengatakan tujuannya adalah untuk mencabut faksi Palestina yang didukung Iran di balik lonjakan serangan senjata dan bom, serta upaya awal untuk membuat roket.
Seorang warga Palestina yang terluka dalam bentrokan dari rumah ke rumah meninggal semalam. Mayat lainnya ditemukan di pagi hari, sehingga jumlah korban tewas menjadi 10 orang. Sekitar 100 orang terluka. 20 di antaranya kritis, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Faksi Jihad Islam mengklaim empat orang pejuangnya tewas. Hamas, faksi Islam lainnya, mengklaim yang kelima. Belum jelas apakah lima korban tewas lainnya - pria berusia 17 hingga 23 tahun - adalah kombatan atau warga sipil.
Militer Israel mengatakan telah mengkonfirmasi sembilan warga Palestina yang dibunuh oleh pasukannya. Semuanya adalah kombatan, katanya, seraya menambahkan bahwa 120 tersangka pria bersenjata ditahan untuk diinterogasi.
Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, pasukan akan dikerahkan ke daerah sasaran tertentu di kamp untuk melakukan pencarian lebih lanjut pada Selasa. "Jika ada gesekan dengan teroris - kami akan melawan mereka juga," cuitnya.
Perkantoran dan bisnis di Tepi Barat – wilayah yang diduduki Israel, diperkirakan akan ditutup pada Selasa, sebagai tanggapan atas seruan pemogokan umum untuk memprotes operasi tersebut. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebutnya sebagai "kejahatan perang".
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan telah mengevakuasi 500 keluarga, atau sekitar 3.000 orang, dari kamp tersebut. Sekitar 14.000 orang tinggal dalam jarak kurang dari setengah kilometer persegi dan yang telah menjadi salah satu titik fokus gelombang kekerasan yang melanda wilayah Tepi Barat selama lebih dari setahun.
Kelompok bantuan meminta Israel untuk menjamin akses kemanusiaan. Amerika Serikat mengatakan pada Senin bahwa pihaknya menghormati hak Israel untuk membela diri tetapi mengatakan korban sipil harus dihindari. PBB mengatakan semua operasi militer harus menghormati hukum internasional.
Ratusan pejuang dari Jihad Islam, Hamas dan Fatah tinggal di kamp yang telah dibentengi dengan berbagai rintangan dan pos jaga untuk melawan serangan tentara reguler. "Agresi brutal (Israel) tidak akan mematahkan keinginan Jenin yang gagah berani," kata pernyataan Jihad Islam. Menurut kelompok itu, para pejuang telah meledakkan beberapa bom di dekat pasukan. Ketika ditanya tentang korbannya, militer mengatakan seorang tentara terluka ringan oleh granat.
Pada Senin, buldoser Israel menerobos jalan-jalan di kamp untuk menghancurkan alat peledak rakitan. Akibatnya itu memutus pasokan air dan listrik. Pejabat Israel mengatakan mereka akan bekerja untuk memulihkan layanan.
Militer Israel, pada Senin mengatakan polisi perbatasan telah menemukan lubang bawah tanah yang digunakan untuk menyimpan bahan peledak di kamp pengungsi dan membongkar dua pos pengamatan.
REUTERS
Pilihan Editor: 10 Daftar Mata Uang Terlemah di Dunia, Ada Rupiah hingga Dong Vietnam