TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang berpikir bahwa mata uang terkuat di dunia adalah dolar AS, namun ternyata salah. Dinar Kuwait berada di urutan pertama sebagai mata uang terkuat di dunia. Sementara di urutan pertama sebagai mata uang terlemah di dunia adalah Rial Iran. Rupiah juga termasuk dalam 10 daftar mata uang terlemah di dunia. Berikut adalah daftar 10 mata uang terlemah di dunia yang dirangkum dari Forbes:
1. Rial Iran (IRR)
Rial Iran menduduki puncak daftar mata uang terlemah di dunia. Jatuhnya nilai mata uang Iran dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Berakhirnya Revolusi Islam pada tahun 1979 diikuti oleh penarikan investor asing dari negara tersebut. Program nuklir dan perang Iran-Irak juga berperan besar dalam menyebabkan kesulitan keuangan selain kerusuhan politik lainnya di Iran.
2. Dong Vietnam (VND)
Vietnam telah lama mengikuti ekonomi terpusat. Meskipun ekonomi mulai mengikuti pasar, jalan yang harus ditempuh masih panjang. Mata uang Vietnam saat ini terdevaluasi dalam namun kemungkinan akan membaik karena ekonomi Vietnam juga mulai meningkat.
3. Leone Sierra Leone (SLL)
Mata uang Sierra Leone yang melemah sangat dipengaruhi oleh kemiskinan. Afrika memiliki sejarah skandal keuangan, korupsi dan konflik termasuk perang saudara yang mengerikan di wilayah Afrika barat. Semua ini menyebabkan kejatuhan ekonomi dan nilai mata uangnya. Infeksi Ebola menambah kesengsaraan Sierra Leone, dan merupakan faktor konstan yang memengaruhi populasi negara yang selanjutnya menghabiskan bantuan keuangan.
4. Lao atau Laotian Kip (LAK)
Mata uang Laos adalah salah satu mata uang terlemah di dunia sejak diperkenalkan pada 1952. Selama bertahun-tahun nilai mata uang telah meningkat. Membaiknya mata uang Laos disebabkan berbagai faktor antara lain pembangunan kereta api yang direncanakan menghubungkan Beijing ke Laos, mungkin menarik investor ke negara kecil ini. Meskipun ini adalah mata uang termurah, Laotian Kip merupakan mata uang yang menjanjikan.
5. Rupiah Indonesia (IDR)
Dalam tujuh tahun terakhir, mata uang Rupiah tidak membaik sedikit pun. Faktor-faktor yang menyebabkan devaluasi mata uang Rupiah adalah termasuk berkurangnya cadangan devisa. Indonesia sangat bergantung pada pasar ekspor, jatuhnya harga komoditas semakin menurunkan nilai mata uang Rupiah.
6. Som Uzbekistan (UZS)
Pemerintah Uzbekistan telah menggunakan banyak cara untuk meningkatkan perekonomian negara. Tapi tak satu pun dari kebijakan itu terbukti berhasil. Yang terbaru adalah reformasi di Uzbekitan. Namun pengaruhnya terhadap mata uang Som masih perlu dievaluasi.
Pandemi Covid-19 juga sangat merugikan perekonomian. Sementara data menunjukkan bahwa Uzbekistan telah melanjutkan operasi ekonomi internal mulai kuartal ketiga tahun 2022, penurunan output industrinya telah meningkatkan ketidakpastian masa depan mata uang negara tersebut.
7. Franc Guinea (GNF)
Guinea sebagai negara menghadapi korupsi dan ketidakstabilan politik yang mengarah pada melemahnya mata uang. Nilai mata uang negara semakin terdevaluasi dari tahun ke tahun.
8. Guarani Paraguay (PYG)
Paraguay sedang mengalami kemerosotan ekonomi yang mengerikan akibat dari tingginya inflasi, tingkat pengangguran, kemiskinan dan korupsi. Faktor-faktor ini telah berdampak negatif terhadap nilai mata uang.
9. Shilling Uganda (USH)
Uganda menghadapi beberapa kemunduran di bawah pemerintahan Idi Amin. Kebijakan negara termasuk imigrasi berdampak negatif terhadap perekonomian. Dampaknya masih mempengaruhi pembangunan. Dalam beberapa tahun terakhir mata uang Uganda mulai membaik.
10. Dinar Irak (IQD)
Mata uang Irak, Dinar Irak, dikeluarkan oleh bank sentral negara itu dan dibagi menjadi 1.000 fils. Sejak 1990, inflasi membuat fils kehilangan banyak nilai. Dalam dekade terakhir, negara ini juga menghadapi ketidakstabilan politik.
FORBES
Pilihan Editor: Thailand Tunjuk Politikus Muslim, Wan Muhamad Noor Matha, Jadi Ketua DPR Baru