TEMPO.CO, Jakarta - Nenek dari Nahel Merzouk, bocah laki-laki berusia 17 tahun yang ditembak mati oleh seorang petugas polisi di pinggiran kota Paris, meminta agar kerusuhan di Prancis diakhiri. Prancis diguncang unjuk rasa yang disertai kekerasan setelah kematian cucunya itu. Pihak berwenang Prancis bersiap untuk kerusuhan malam keenam. .
"Mereka seharusnya tidak merusak sekolah, tidak merusak bus, ibu-ibu yang naik bus," ujarnya dilansir dari CNN, Senin, 3 Juli 2023. “Saya lelah,” kata sang nenek bernama Nadia itu.
Nahel adalah putra semata wayang Mounia, anak Nadia. Ia merupakan anak keturunan Aljazair dan maroko. Nahel Merzouk tewas ditembak oleh petugas polisi saat sedang mengemudi mobil pada Selasa pekan lalu di Nanterre, di pinggiran Paris. Korban masih tinggal bersama ibunya, di lingkungan Vieux-Pont di Nanterre, sekitar 15 km dari pusat kota Paris, menurut surat kabar Prancis Le Parisien.
Sejak kematian Nahel Merzouk, kerusuhan di Prancis meletus. Gelombang protes terjadi di mana-mana.
Menurut Nadia, kematian Nahel menimbulkan luka mendalam bagi ibunya. “Dia sudah tidak memiliki kehidupan lagi.”
Sementara itu, pasukan keamanan akan kembali menempatkan lebih dari 45.000 polisi untuk mengantisipasi kerusuhan di Prancis. Petugas kepolisian dikerahkan di seluruh Prancis pada Minggu malam setelah kerusuhan meletus.
Banyak orang yang ditahan sejak protes dimulai pada Selasa. Peserta protes kebanyakan adalah remaja. Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin mengatakan bahwa rata-rata usia pengunjuk rasa adalah 17 tahun. Lebih dari 2.000 orang telah ditahan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu dengan perdana menteri, menteri dalam negeri, dan menteri kehakiman negara itu pada Minggu malam untuk mendapatkan informasi terbaru tentang protes nasional terbaru.
Prancis telah menahan petugas polisi yang menembak Nahel Merzouk. Namun ironisnya, petugas tersebut tetap menuai simpati netizen. Di situs GoFundMe, beredar kampanye penggalangan dana untuk petugas kepolisian yang telah membunuh Nahel. Hingga kemarin, dana yang dihimpun untuk petugas itu mencapai lebih dari 670.000 euro atau setara Rp 10,9 miliar. Sebaliknya di situs yang sama, penggalangan dana untuk ibu Nahel Merzouk hanya mencapai € 97.000 atau setara Rp 1,5 miliar.
Ihwal kampanye penggalangan dana untuk petugas polisi itu membuat keluarga Nahel kecewa. "Hati saya sakit," ujar Nadia.
Kerusuhan di Prancis tersebut merupakan krisis terburuk bagi Presiden Emmanuel Macron sejak protes "Rompi Kuning" mencengkeram sebagian besar Prancis pada akhir 2018. Pada pertengahan April, Macron memberi waktu 100 hari untuk membawa rekonsiliasi dan persatuan ke negara yang terpecah setelah pemogokan usia pensiun itu bergulir.
CNN | REUETRS
Pilihan Editor: Top 3 Dunia: Israel Beli Jet Siluman F-35 hingga Mengenang Lady Diana