TEMPO.CO, Jakarta - Tas tangan sekecil butiran debu berdesain monogram Louis Vuitton terjual seharga US$63 ribu atau sekitar Rp 944,4 juta dalam sebuah lelang. Tas tangan ini hanya selebar kurang dari 0,03 inci dan hampir tidak bisa terlihat oleh mata telanjang.
Tas berwarna hijau kekuningan tersebut memiliki desain monogram khas Louis Vuitton yang populer. Namun, tas ini bukanlah produk rilisan Louis Vuitton, melainkan karya kelompok kolektif seni di New York, Amerika Serikat bernama MSCHF.
Sejarah Merek Louise Vuitton
Louis Vuitton (LV) merupakan salah satu rumah mode mewah paling terkenal di dunia. Merek ini dikategorikan sebagai indeks bisnis vogue fesyen mewah kelas atas dunia. Bahkan sangat sulit untuk bisa mengalahkan kualitas dan kemewahan LV.
Sejarah LV diawali ketika Louise Vuitton berusia 16 tahun dan baru tiba di Paris. Sekitar 1837, ia mulai magang kerja di Monsieur Maréchal.
Tak lama Vuitton menjadi pengrajin kotak dan peti dengan desain khusus sesuai keinginan klien. Pada 1859, Vuitton memindahkan rumah produksinya ke Asnières. Ia mulai mengembangkan bisnis koper merk LV sebagai pilihan praktis dan fungsional, sekaligus menjadikanya simbol status orang kaya.
Setelah Louise Vuitton Meninggal
Mengutip situs Louise Vuitton, Louis Vuitton meninggal dunia pada 1892. Bisnis kemudian diambil alih dan dikembangkan oleh putranya, George. Empat tahun setelah kematian Vuitton, George menghadirkan monogram berlambang LV untuk pertama kalinya.
Monogram ini adalah pola tanda tangan yang menjadi sinonim merek Louise Vuitton dan masih digunakan sampai hari ini. George juga menciptakan LV interlocking berdesain bunga sebagai cetakan kanvas untuk menandai kopernya. Kedua pola tersebut telah menjadi simbol aksesoris Louis Vuitton paling terkenal di dunia.
Setelah Era George Vuitton
Pada 1936 George Vuitton meninggal dunia dan bisnis LV dilanjutkan oleh putranya, Gaston Louis Vuitton. Kemudian pada 1977, bisnis diambil alih menantu Gaston, Henry Recamier. Henry membuat gebrakan ekspansi global dan mengubah LV menjadi merek top global 1987. Ia menggabungkan LV dengan Moët & Chandon dan Hennessy, produsen sampaye terkemuka. Kerjasama ini kemudian membentuk konglomerasi barang mewah, yang dikenal sebagai LVMH.
Konglomerasi bertujuan memastikan perkembangan jangka panjang, mempertahankan identitas, dan warisan bisnis. Pada 1980-an, konglomerasi tersebut membawa pengakuan internasional terhadap merek fasyen LV. Memasuki tahun 90-an dan seterusnya, LV telah memantapkan diri sebagai rumah mode terkemuka.
Pilihan Editor: LVMH Jadi Perusahaan Paling Mahal di Dunia