TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron mempersingkat kunjungannya ke Brussels pada Jumat, 30 Juni 2023, di mana dia disana untuk menghadiri sebuah rapat dengan para pemimpin Uni Eropa. Macron pulang cepat-cepat ke Paris untuk menggelar sebuah rapat darurat untuk membahas kerusuhan buntut dari penembakan fatal pada seorang remaja laki-laki, 17 tahun bernama Nahel M oleh seorang aparat kepolisian pada 27 Juni 2023.
Peristiwa penembakan terjadi di kota Nanterre, kurang lebih 6 kilometer barat laut Paris. Penembakan itu dilakukan saat korban tidak mengikuti perintah ketika diminta berhenti.
Media di Prancis mewartakan Presiden Macron pulang persis setelah sesi rapat Uni Eropa di Brussels rampung pada 1.00 siang. Macron membatalkan sebuah acara jumpa wartawan yang sebelumnya sudah dijadwalkan untuk mengumumkan hasil rapat tersebut. Perubahan jadwal ini diumumkan oleh istana Elysee pada Jumat pagi, 30 Juni 2023.
Menteri Dalam Negeri Prancis melaporkan total sudah ada 875 orang yang ditahan sampai Kamis malam, 29 Juni 2023. Media di Prancis sebelumnya mewartakan jumlah orang yang sudah ditahan sebanyak 421 orang
Awalnya, warga Prancis unjuk rasa damai sebagai bentuk protes atas kematian Nahel itu ditangan aparat kepolisian. Namun aksi itu sekarang sudah berubah menjadi kerusuhan. Kepolisian Prancis telah mengerahkan ribuan aparat ke penjuru Prancis untuk menghentikan kerusuhan dan dampaknya. Sedangkan Kementerian Dalam Negeri Prancis memerintahkan agar diambil tindakan tegas.
Sejak kerusuhan meletup, total sudah 492 gedung rusak dan sekitar 2 ribu kendaraan dibakar. Presiden Macron mendeklarasikan pihaknya telah menggelar rapat darurat. Sehari sebelumnya, Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengungkap kabinet telah mempertimbangkan segala opsi demi memulihkan keadaan, termasuk menyatakan darurat negara.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Kronologi Kerusuhan Prancis dan Sejarah Banlieue Tentang Kekerasan Polisi Terhadap Imigran
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.