TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara mengatakan peluncuran satelit militernya yang tidak berhasil bulan lalu adalah "kegagalan terbesar" pada pertemuan kunci terbaru partai yang berkuasa, demikian dilansir media pemerintah KCNA Senin, 19 Juni 2023.
Rapat pleno besar tersebut diadakan pada Jumat hingga Minggu. Salah satu hasilnya adalah memerintahkan para pekerja dan peneliti untuk menganalisis peluncuran satelit militer yang gagal dan mempersiapkan yang lain dalam waktu dekat.
Menurut laporan pertemuan tersebut, para penanggung jawab peluncuran satelit dikritik habis-habisan.
Rapat kali ini menandai rapat pleno besar kedelapan dari Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea (WPK), partai yang berkuasa di negara itu.
Pertemuan itu juga memastikan swasembada pasokan pangan dengan meningkatkan hasil pertanian negara dan memenuhi target produksi biji-biji tahunan.
Baca juga:
Awal tahun ini, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan situasi pangan di Korea Utara "tampaknya memburuk".
Negara pulau itu berada di bawah sanksi internasional yang ketat atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya dan ekonominya semakin diperketat penguncian perbatasan yang diberlakukan sendiri untuk menghentikan wabah Covid-19.
Pyongyang melaporkan, roket Korea Utara jatuh ke laut setelah kehilangan daya dorong karena start yang tidak normal dari mesin tahap kedua.
KCNA melaporkan, roket Chollima-1 yang membawa satelit itu jatuh ke laut karena sistem bekerja dengan tidak normal. "Roket Chollima-1 yang membawa satelit pengintaian militer Malligyong-1 jatuh ke laut karena start mesin tahap kedua (beroperasi) tidak normal. Peluncuran kedua akan dilakukan sesegera mungkin," ungkap KCNA.
Korea Utara juga berjanji akan terus mengembangkan kemampuan nuklirnya dan memperkuat solidaritas dengan negara lain yang melawan apa yang disebutnya "strategi AS untuk supremasi dunia".
REUTERS
Pilihan Editor: Misi Perdamaian Afrika untuk Konflik Rusia Ukraina Pulang dengan Tangan Kosong