Biparjoy, yang berarti “malapetaka” dalam bahasa Bengali, melanda negara bagian Gujarat dengan kecepatan hingga 125 kilometer per jam, meniup atap rumah dan menumbangkan pohon serta tiang listrik.
Namun kematian yang tercatat adalah dua gembala yang mati saat mencoba mencegah ternak mereka tersapu beberapa jam sebelum topan menyentuh darat.
Pada 1998, badai besar di Gujarat menewaskan sekitar 4.000 orang, menurut media lokal, sedangkan pada 2021, hampir 100 orang tewas dalam “siklon yang sangat hebat” bernama Tauktae.
"Identifikasi awal daerah yang kemungkinan terkena dampak topan dan evakuasi tepat waktu dari orang-orang yang tinggal dalam jarak 10 km dari pantai adalah alasan terbesar" rendahnya korban, kata Kamal Dayani, seorang pejabat senior Gujarat.
"Fokus kami sejak awal adalah mencegah hilangnya nyawa, bukan hanya nyawa manusia tetapi bahkan hewan."
Lebih dari 100.000 orang dievakuasi dari delapan distrik pesisir dan dipindahkan ke tempat penampungan di auditorium sekolah dan gedung pemerintah lainnya sehari sebelum topan mengamuk.
Otoritas juga menangguhkan penangkapan ikan, menutup sekolah dan menutup pantai. Banyak instalasi minyak lepas pantai dan pelabuhan utama menangguhkan operasi beberapa hari sebelumnya.
Selain itu, 30 tim tanggap bencana nasional dan negara bagian dikerahkan.
"Kami mempersiapkan diri secara berlebihan," kata Atul Karwal, kepala Pasukan Tanggap Bencana Nasional.
Badai yang melanda daerah berpenduduk jarang di distrik gurun Kutch juga membantu, kata Dayani.
Meski jumlah korban tewas rendah, lebih dari 5.100 tiang listrik tumbang sehingga mengganggu pasokan listrik ke lebih dari 4.600 desa.
"Kami akan mempelajari apa yang telah kami lakukan dengan benar dan juga mengidentifikasi bidang-bidang yang dapat kami lakukan dengan lebih baik di masa mendatang," kata Dayani.