TEMPO.CO, Jakarta - Kepala milisi swasta Grup Wagner, Senin, 1 Mei 2023, memperbaharui seruannya kepada kementerian pertahanan Rusia untuk meningkatkan pengiriman amunisi kepada para pejuangnya yang mencoba merebut kota Bakhmut di Ukraina timur.
Yevgeny Prigozhin sering berselisih dengan lembaga pertahanan Moskow atas pelaksanaan misi perang Rusia di Ukraina dan apa yang dia katakan dukungan yang tidak memadai diberikan kepada tentara Wagnernya.
Dalam sebuah video yang diposting di saluran Telegramnya, Prigozhin mengatakan dia membutuhkan setidaknya 300 ton peluru artileri sehari untuk serangan itu.
"Tiga ratus ton sehari adalah 10 kontainer kargo - tidak banyak sama sekali ... Tapi kami diberi tidak lebih dari sepertiganya," kata Prigozhin saat memeriksa kotak senapan di sebuah gudang yang berada di kota Soledar, di timur laut Bakhmut.
Bakhmut, yang memiliki populasi sebelum perang lebih dari 70.000, telah diratakan oleh penembakan artileri selama berbulan-bulan dan pertempuran perkotaan antara tentara Rusia dan Ukraina. Prigozhin mengklaim pada 11 April pasukannya, yang memimpin penyerangan, menguasai lebih dari 80% kota.
Wagner bukan bagian dari angkatan bersenjata resmi Rusia, dan Prigozhin sebelumnya menuduh kementerian pertahanan "mengkhianati" para pejuangnya - dan tujuan perang Rusia secara keseluruhan - dengan tidak menyediakan amunisi yang cukup.
Dalam video sebelumnya di depan sebuah bangunan yang hancur di Soledar, Prigozhin mengatakan Senin adalah hari peringatan berdirinya Wagner, dan jika kelompok itu ditakdirkan untuk mati, "bukan di tangan tentara Ukraina atau NATO tetapi karena birokrat bajingan domestik kita".
Tidak ada tanggapan langsung dari kementerian pertahanan Rusia terhadap pernyataan Prigozhin.
Rusia mengatakan merebut Bakhmut akan membuka medan perang untuk serangan di masa depan di Ukraina timur. Kyiv dan Barat meremehkan kepentingan strategis kota itu, meskipun Ukraina juga berulang kali menolak untuk menarik pasukannya dari sana.
REUTERS
Pilihan Editor: PBB: Lebih dari 800 Ribu Mengungsi Karena Konflik Sudan