TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 800 ribu orang melarikan diri dari Sudan sebagai akibat dari pertempuran antara faksi-faksi militer, termasuk banyak yang datang ke sana sebagai pengungsi, kata seorang pejabat PBB, Senin, 1 Mei 2023.
"Tanpa resolusi cepat dari krisis ini, kita akan terus melihat lebih banyak orang terpaksa melarikan diri untuk mencari keselamatan dan bantuan dasar," kata Raouf Mazou dalam pengarahan negara anggota di Jenewa tentang konflik Sudan.
"Dalam konsultasi dengan semua pemerintah dan mitra terkait, kami telah mencapai angka perencanaan 815.000 orang yang mungkin mengungsi ke tujuh negara tetangga."
Perkiraan tersebut mencakup sekitar 580.000 orang Sudan, katanya, dengan yang lainnya merupakan pengungsi dari Sudan Selatan dan tempat lain.
Sejauh ini, ia mengatakan sekitar 73.000 orang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga Sudan – Sudan Selatan, Chad, Mesir, Eritrea, Ethiopia, Republik Afrika Tengah dan Libya.
Kepala bantuan PBB Martin Griffiths akan mengunjungi Sudan, Selasa, kata Ramesh Rajasingham dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Griffiths berada di Nairobi, Kenya, Senin, untuk membicarakan masalah di Sudan, yang ia gambarkan sebagai “bencana”.
"Kita perlu menemukan cara untuk memberikan bantuan masuk ke dalam negara itu dan mendistribusikannya untuk mereka yang membutuhkan,” tulis Griffiths di Twitter.
Dalam pernyataan terpisah, koordinator kemanusiaan PBB di Sudan mengatakan krisis kemanusiaan sedang berubah menjadi “malapetaka besar" dan risiko tumpahan ke negara-negara tetangga mengkhawatirkan.
"Sudah lebih dari dua minggu pertempuran yang menghancurkan di Sudan, konflik yang mengubah krisis kemanusiaan Sudan menjadi bencana besar," kata Abdou Dieng kepada negara-negara anggota melalui tautan video.
REUTERS
Pilihan Editor: Kepala Polisi Iran Terbunuh dalam Serangan Bersenjata di Provinsi yang Bergolak