TEMPO.CO, Jakarta - Militer Sudan dan pasukan paramiliter bertempur di pinggiran Khartoum, Rabu, 26 April 2023, merusak gencatan senjata dalam konflik 11 hari mereka, tetapi militer menyatakan keinginannya untuk memperpanjangnya.
Militer, Rabu malam, mengatakan pemimpinnya Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, memberikan persetujuan awal untuk rencana memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam lagi dan mengirim utusan militer ke ibukota Sudan Selatan, Juba, untuk pembicaraan-pembicaraan damai.
Pasukan bersenjata Sudan dan milisi RSF (Rapid Support Forces) sebelumnya sepakat untuk sebuah gencatan senjata tiga hari yang akan berakhir Kamis malam. Tidak ada respons langsung dari RSF terhadap proposal dari Intergovernmental Authority on Development (IGAD), sebuah blok regional.
Militer mengatakan para presiden dari Sudan Selatan, Kenya dan Djibouti mengerjakan sebuah proposal yang mencakup perpanjangan gencatan senjata dan pembicaraan antara dua pasukan itu.
"Burhan berterima kasih kepada IGAD dan menyatakan persetujuan awal terhadap proposal itu,” kata pernyataan militer.
Beberapa pertempuran terberat Rabu terjadi di Omdurman, sebuah kota tetangga Khartoum di mana militer memerangi bala bantuan FSF dari wilayah lain di Sudan, kata seorang wartawan Reuters. Suara tembakan dan serangan udara yang hebat dapat terdengar hingga malam hari.
Di Khartoum, yang bersama dengan dua kota yang berbatasan merupakan salah satu daerah perkotaan terbesar di Afrika, gerombolan dirampok dan terjadi penjarahan yang meluas.
Sejak perang pecah pada 15 April, serangan udara dan artileri telah membunuh setidaknya 512 orang, melukai hampir 4.200, menghancurkan rumah sakit-rumah sakit dan membatasi pendistribusian makanan di negara di mana sepertiga dari 46 juta orang sudah lama bergantung pada bantuan kemanusiaan.