Bahasa di Papua Nugini
Bahasa resmi di Papua Nugini mencerminkan sejarah kolonialnya. Bahasa Inggris adalah bahasa utama pemerintahan dan perdagangan. Namun, dalam sebagian besar konteks sehari-hari, bahasa yang paling banyak digunakan adalah Tok Pisin ("Bahasa Pidgin"; juga disebut sebagai Bahasa Pidgin Melanesia atau Neo-Melanesian), sebuah kreol yang menggabungkan elemen tata bahasa dari bahasa asli, beberapa bahasa Jerman, dan semakin banyak bahasa Inggris.
Selain itu, Hiri Motu adalah bahasa dagang yang disederhanakan yang awalnya digunakan oleh orang-orang yang tinggal di sekitar apa yang sekarang disebut Port Moresby ketika wilayah itu diberi nama pada tahun 1884. Di samping bahasa resmi, terdapat lebih dari 800 bahasa asli yang berbeda di Papua Nugini.
Bahasa-bahasa ini termasuk ke dalam dua kelompok bahasa yang sangat berbeda: kelompok bahasa Austronesia yang termasuk bahasa lokal yang tergolong sebagai bahasa Melanesia, dan kelompok bahasa non-Austronesia atau Papua. Ada sekitar 200 bahasa Austronesia yang terkait dengan Papua Nugini.
Orang yang berbicara bahasa Austronesia umumnya tinggal di daerah pesisir dan pulau-pulau sekitarnya seperti Kepulauan Trobriand dan Buka, sedangkan orang yang berbicara bahasa Papua, yang merupakan mayoritas penduduk, tinggal di wilayah pedalaman. Ada sekitar 550 bahasa non-Austronesia dengan komunitas pembicara kecil, dan bahasa Engan, Melpa, dan Kuman adalah yang terbesar di daerah dataran tinggi dengan masing-masing lebih dari 100.000 penutur. Meskipun ada banyak bahasa, Tok Pisin berfungsi sebagai lingua franca yang efektif.
ANDIKA DWI | NAUFAL RIDHWAN
Pilihan Editor: Begini Komentar Para Menlu Uni Eropa Soal Dubes China yang Pertanyakan Kedaulatan Ukraina